Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2010

Orang Tidak Menjadi Bijaksana Hanya Karena Mempelajari Kitab Suci !!

Konon dalam kisah mahabharata, satu-persatu putra Pandawa tewas di tepi telaga. Mereka satu persatu berada di telaga  itu secara berurutan karena  menyusul Bima yang tidak segera kembali ke tempat mereka berkumpul. Ketika berada di tepi telaga, mereka terserang rasa sangat haus sehingga ingin segera meminum air telaga. Namun sebelum meminum air telaga, ada suara gaib yang ingin menguji mereka. Karena merasa sangat kehausan mereka tidak menghiraukan suara gaib tersebut dan akhirnya menemui ajalnya. Yang terakhir pergi ke telaga adalah Yudhistira dan satu-satunya putra Pandawa yang masih hidup. "Saudara-saudaramu telah mati karena tak menghiraukan kata-kataku. Jangan engkau ikuti mereka. Jawab dulu pertanyaanku, setelah itu baru puaskan hausmu. Telaga ini milikku." Yudhistira yakin, suara itulah yang menyebabkan saudara-saudaranya mati. Pikirnya, ini pasti suara yaksa - Suara Gaib Sang Pencabut Nyawa. Ia berpikir, mencari cara untuk mengatasi situasi itu. Kemudian ...

Kerinduan, Pengendalian Diri, Ketakutan, dan Iman

Kerinduan itu sangatlah besar. Namun Pengendalian Diri juga haruslah besar. Sebesar Kerinduan itu juga. Bila Kerinduan membesar, seharusnyalah Pengendalian Diri itu ikut membesar. Supaya semuanya dapat terjaga dalam keseimbangan tapa brata ini. Bila Pengendalian Diri itu pecah, Kerinduan juga akan pecah. Tapa brata sedikit terganggu. Tetapi tak apalah, asalkan Ketakutan tidak ikut membesar dan ikut pecah. Tapa brata masih bisa terus diulang dan dilanjutkan. Tidak perlu diulang dari nol. Lanjutkan saja. Hingga suatu saat nanti...tapa brata akan harus berakhir.

Peleburan Kebahagiaan Jasmani & Rohani

Seorang anak kecil yang jenius bertanya pada ayahnya. Ayah, mengapa manusia harus menjalani hidupnya kalau pada akhirnya nanti semua juga akan mati? Sang ayah tersenyum mendengar pertanyaan si anak yang jenius. Kemudian dia bertanya kepada anaknya, "Nak, ingin jadi apakah nanti engkau kalau sudah besar?"

Tentang Martabat Seorang Pria

Roda berputar, kadang kita di atas, kadang di bawah. Martabat seorang pria tidak dinilai berdasarkan berapa orang yang ada di sekelilingnya saat ia berada di puncak kesuksesan, melainkan berdasarkan kemampuannya untuk tidak melupakan orang-orang yang menolongnya saat ia susah. Tidak masalah apakah tangan-tangan penolong itu berlumur darah atau keringat: kalau kau sedang tergantung di ujung tebing curam, kau takkan peduli siapa yang menyelamatkanmu.

Misteri Tersembunyi Manusia

Kesempurnaan pada tingkat manusia merupakan tugas yang harus dicapai dengan upaya sadar. Citra Tuhan yang berkarya di dalam diri manusia membuat manusia merasa ada yang kurang. Manusia dihantui oleh kesombongan, kesementaraan, dan kerentanan kebahagiaan. Mereka yang menjalani kehidupan secara dangkal tak merasakan tekanan ini, jiwa yang terkoyak-koyak, dan mungkin tidak merasakan adanya dorongan batin untuk mencari kebaikan yang sejati. Manusia semacam ini adalah binatang yang manusia (purusapasu), dan seperti binatang, mereka lahir, tumbuh dewasa, kawin, beranak cucu, dan mati. Tetapi, mereka yang menyadari martabat luhur manusia menyadari sepenuhnya 'rasa ada yang kurang' , dan berusaha mencari prinsip keseimbangan dan kedamaian.