Di sebuah kota yang damai bernama Ekonomia, ada dua saudara, Rudi dan Susi, yang sangat tertarik dengan dunia investasi. Mereka ingin memahami bagaimana perubahan suku bunga mempengaruhi harga saham di pasar.
Suatu hari, mereka duduk bersama di taman kota, di bawah pohon besar, dan mendengarkan cerita dari Paman Budi, seorang investor berpengalaman.
Paman Budi memulai cerita dengan menggambarkan dua dunia berbeda.
Dunia Suku Bunga Rendah
Di dunia pertama, bunga di bank sangat rendah. Rudi dan Susi membayangkan kota Ekonomia penuh dengan perusahaan yang bahagia. "Bayangkan," kata Paman Budi, "perusahaan-perusahaan ini bisa meminjam uang dari bank dengan bunga yang sangat rendah. Dengan biaya pinjaman yang murah, mereka bisa memperluas bisnis, membuka cabang baru, dan bahkan mengembangkan produk baru. Ini berarti laba mereka meningkat, dan ketika laba meningkat, para investor senang dan mulai membeli saham perusahaan-perusahaan ini. Alhasil, harga saham naik."
Rudi mengangguk, "Jadi, dengan suku bunga rendah, perusahaan bisa lebih mudah berkembang, dan itu membuat harga saham naik karena investor melihat peluang keuntungan."
"Benar sekali," kata Paman Budi, tersenyum.
Dunia Suku Bunga Tinggi
Sekarang, lanjut Paman Budi, bayangkan dunia kedua di mana suku bunga sangat tinggi. "Di dunia ini," kata Paman Budi, "perusahaan-perusahaan menghadapi biaya pinjaman yang tinggi. Mereka menjadi lebih hati-hati dan mungkin menunda rencana ekspansi mereka. Dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi, laba mereka mungkin tidak tumbuh secepat yang diharapkan. Para investor melihat ini dan mulai menjual saham mereka, yang menyebabkan harga saham turun."
Susi mengernyit, "Jadi, jika suku bunga tinggi, perusahaan kesulitan berkembang dan investor menjadi tidak terlalu tertarik pada saham?"
"Tepat sekali," jawab Paman Budi.
Daya Tarik Alternatif
Paman Budi melanjutkan, "Selain itu, ketika suku bunga rendah, orang-orang tidak terlalu tertarik menaruh uang mereka di bank karena bunganya kecil. Mereka mencari tempat lain untuk mendapatkan pengembalian lebih tinggi, seperti pasar saham. Jadi, permintaan saham naik, dan begitu juga harganya."
Rudi dan Susi tersenyum, mulai memahami hubungan ini.
"Tapi," tambah Paman Budi, "ketika suku bunga tinggi, orang-orang lebih suka menyimpan uang di bank karena bunga yang mereka dapatkan sudah cukup menarik. Mereka kurang tertarik mengambil risiko di pasar saham, jadi permintaan saham menurun, dan begitu juga harganya."
Kesimpulan
"Jadi, ingatlah," kata Paman Budi," di kota Ekonomia, ketika suku bunga rendah, itu seperti musim semi untuk pasar saham. Segala sesuatu tumbuh dan berkembang. Namun, ketika suku bunga tinggi, itu seperti musim dingin. Semuanya melambat dan menjadi lebih hati-hati."
Comments