10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Lihatlah ke langit.
Kau tidak akan pernah melihat pelangi.
Jika kau menatap kebawah
~Charlie Chaplin~

Di jaman sekarang, hidup terasa berjalan sangat cepat dan kompleks. Pekembangan teknologi yang semakin lama semakin cepat mendorong perubahan banyak hal bagi manusia dalam menjalani hidup. Di dalam pekerjaan, di dalam pendidikan, dalam komunikasi satu sama lain, dalam berbagi informasi di media sosial, dalam menjalin relasi satu sama lain baik secara nyata maupun virtual, dan sebagainya, semuanya bergerak menjadi semakin kompleks. Orang menjadi mudah hanyut dalam kerumitan berbagi informasi yang menyesatkan di media sosial. Yang lain lagi, banyak orang juga menjadi mudah cemas, khawatir, dan takut karena banyaknya kepalsuan hubungan antar manusia, penyesatan informasi, penurunan moral, penurunan cara komunikasi dan sopan santun. Pejabat dan politisi banyak yang korupsi dan menyalahgunakan wewenang. Anak-anak muda banyak membuat kerusuhan. Narkoba merajalela. Terorisme tumbuh subur. Media sosial penuh dengan propaganda kebencian.

Dampak negatif secara psikis dari kompleksitas dalam kehidupan manusia akhir-akhir ini menjadi terasa semakin kuat. Akhirnya orang menjadi mudah tertekan dan stress.

Ada banyak tips dan cara untuk tetap menjaga kesehatan mental (psikis) yang bisa dipraktikkan dalam menjalani hidup di jaman yang kompleks ini supaya hidup kita bisa tetap sehat dan berjalan seimbang. Kita bisa memilih tips dan cara mana yang sesuai dengan diri kita masing-masing. Berikut di bawah ini adalah 10 pepatah kuno jawa yang mungkin bisa diadopsi sebagai salah satu tips dan cara untuk dipraktikkan dalam menjalani hidup.
  • Aja adigang, adigung, adiguna: jangan menyombongkan diri karena kuat dan bisa lari kencang seperti kijang, menyombongkan diri karena mempunyai tubuh besar dan kuat seperti gajah, menyombongkan diri karena mempunyai racun berbisa seperti ular. Jangan menyombongkan diri karena punya kekuasaan, jabatan, dan kecerdikan.
  • Aja dhumeh, aja gumunan, aja kagetan: jangan sok, jangan mudah terkagum-kagum, jangan mudah terkejut. Dalam menjalani hidup sebaiknya tidaklah sombong, tidak mudah terkagum-kagum, dan tidak mudah terkejut supaya tidak mudah terperdaya.
  • Aja akeh gludhuke kurang udane: jangan banyak petirnya kurang hujannya. Jadi orang jangan berlagak sombong tapi tidak ada buktinya. Atau, jangan banyak berjanji tapi sering tidak menepati. Atau, jangan berlagak pandai tapi kosong otaknya.
  • Alon-alon waton kelakon: pelan-pelan asal tercapai. Biar pelan asal sampai apa yang dituju. Bertindak dengan penuh kecermatan dan perhitungan agar tidak tergelincir atau terpeleset sehingga terhindar dari kerugian atau masalah. [catatan: beberapa orang mengartikan pepatah ini sebagai biar lambat asal selamat, tetapi yang lebih akurat adalah diartikan sebagai mengerjakan sesuatu dengan dasar yang jelas, dengan cara yang efektif dan efisien dan tujuan tercapai dengan baik.]
  • Ambucang reretuning jagad: membuang kotoran dunia. Orang yang berusaha mengatasi persoalan sosial dengan menghilangkan semua persoalan yang membuat rusaknya tatanan sosial atau kesejahteraan masyarakat.
  • Mburu uceng kelangan deleg: mengejar ikan kecil kehilangan ikan besar. Jangan memburu atau mengejar uceng (ikan kecil) tetapi melupakan deleg (ikan yang lebih besar). Atau dengan perkataan lain, jangan mengejar hal-hal sekunder tetapi yang utama terlupakan. Atau, seseorang yang mengejar uang/harta sedikit, akan tetapi malah kehilangan uang/harta yang lebih besar.
  • Amek iwak aja butheg banyune: mengambil ikan jangan sampai keruh airnya. Bila kita mengatasi persoalan, atau mengejar suatu cita-cita, dan sebagainya, jangan sampai menimbulkan masalah baru atau menggangu lingkungan sosialnya.
  • Ana pangan padha dipangan ana gawean padha ditandangi: ada makanan sama dimakan, ada pekerjaan sama dikerjakan. Dalam menjalani hidup kita perlu suatu semangat kebersatuan dan solidaritas suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
  • Anggayuh ing tawang, pejah tan wikara: menggapai langit, mati tidak berubah. Orang yang menyanggupi pekerjaan di luar kemampuannya, kemudian ia tidak mampu menyelesaikannya, sehingga ia pun meratapi penderitaan karena pekerjaannya itu.
  • Hanggayuh kasampurnaning hurip, berbudi bowo leksono, ngudi sejatining becik: berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai level kesempurnaan hidup, berjiwa besar dan selalu berusaha mencari kebenaran sejati. Manusia yang mencapai ini adalah manusia yang tidak lagi disibukkan agar dirinya memperoleh pujian, sanjungan, hormat dari orang lain atas perbuatannya. Mereka adalah manusia yang telah memahami benar tentang hakekat hidup, hakekat kehidupan, hakekat kebenaran, dan hakekat dirinya dan selalu mengupayakan terwujudnya kebaikan-kebaikan hidup bersama.

Artikel terkait lainnya:

Comments

Popular posts from this blog

Kumohon Ya Tuhan MB 218