Konsep Inovasi Disruptif dan 6 Karakteristiknya

Photo: creative art metal. License: CC0 
"Disruption memberikan gambaran sebuah proses dimana perusahaan dengan sumber daya yang lebih sedikit mampu berhasil menantang bisnis incumbent yang sudah mapan. Khususnya, karena bisnis incumbent berfokus pada peningkatan produk dan layanan mereka untuk pelanggan mereka yang paling 'demanding' (dan biasanya mereka adalah pelanggan yang paling menguntungkan), jadi bisnis incumbent cenderung melayani dan melampaui kebutuhan beberapa segmen sehingga mengabaikan kebutuhan segmen yang lain.

Bisnis pendatang baru yang disruptif akan memulai dengan menargetkan segmen yang terabaikan tersebut, dengan mengambil fondasi dengan memberikan fungsionalitas yang lebih sesuai - seringkali dengan harga yang lebih rendah. Bisnis incumbent, yang cenderung mengejar profitabilitas yang lebih tinggi di segmen yang lebih 'demanding', cenderung tidak tertarik merespon hal tersebut. Bisnis pendatang baru kemudian naik ke kelas atas, memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh pelanggan utama dari si incumbent, sambil mempertahankan keuntungan yang di dapat dari kesuksesan awal mereka. Ketika para pelanggan utama si incumbent mulai mengambil tawaran yang diberikan pendatang baru dalam volume besar, disruption sudah terjadi."


Inovasi ini tidak mengubah rule of the game sama sekali, tetapi membuat sesuatu dalam sistem yang ada menjadi lebih baik (dan lebih menarik..?!?).

Enam Karakteristik Inovasi Disruptif
  • Pebisnis pendatang baru tersebut menargetkan orang-orang yang bukan konsumen atau orang yang terlalu banyak/berlebihan dilayani oleh produk yang ada (jenuh).
  • Inovasinya tidak sebagus produk yang sudah ada, dilihat dari sudut pandang ukuran kinerja secara historis.
  • Produk/layanannya lebih mudah digunakan, lebih nyaman atau lebih terjangkau
  • Memanfaatkan teknologi sebagai pendorong yang bisa mengusung value proposition baru untuk naik ke kelas atas
  • Teknologi tersebut dipasangkan dengan inovasi model bisnis yang menjadikannya berkelanjutan
  • Pebisnis incumbent cenderung mengabaikan inovasi baru tersebut dan merasa tidak terancam pada awalnya

Contoh Kasus: Potensi Disruption Pada Perguruan Tinggi

Sistem pembelajaran face-to-face di kelas akan di disrupt oleh online learning dikombinasikan dengan penerapan teknologi dan proses bisnis baru seperti berikut:
  • Competency-based Education: mahasiswa mempunyai kemampuan dan minat yang berbeda-beda. Bantuan teknologi digunakan untuk memudahkan mahasiswa memilih mata kuliah yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
  • Internet of Things: peningkatan konektivitas semua peralatan yang ada akan membuat komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, tutor, dan perguruan tinggi melalui berbagai macam teknologi berbasis internet.
  • Virtual/Augmented Reality: virtual reality dapat membuat seolah-olah mahasiswa benar-benar melaksanakan praktikum (terutama untuk praktikum yang membahayakan atau kompleks)
  • Artificial Intelligence (AI): online learning platform dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dapat beradaptasi dengan kebutuhan mahasiswa yang beragam
Dampak Disruptive Innovation pada Perguruan Tinggi Indonesia
  • Distance learning atau online learning luar negeri akan banyak masuk ke Indonesia dengan biaya yang relative murah
  • Perguruan tinggi Indonesia akan bersaing head to head dengan distance learing luar negeri
  • Perguruan tinggi Indonesia harus siap menghadapi era disruptive innovation. Jika tidak, berpotensi untuk gulung tikar
  • Persaingan tidak hanya terjadi dengan distance learning luar negeri, tapi juga dengan distance learning dalam negeri
  • Perguruan tinggi Indonesia harus mulai menyiapkan diri untuk menyediakan dan menggunakan teknologi distance learning yang masif
  • Kebijakan/peraturan terkait distance learning perlu disiapkan 

Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218