Salah satu ritual Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-71 di Festival Kampung Anyar - Jawa Timur |
Apakah Indonesia sudah menjadi negara ideal seperti yang dicita-citakan? Tentu saja belum. Ini adalah salah satu negara di dunia dengan berbagai macam paradoks. Mungkin begitu juga dengan negara-negara lainnya.
Kita menginginkan negara yang relijius dengan menempatkan: Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa, sebagai dasar negara pertama.
Sebagian orang menjadi relijius dalam arti yang sesungguhnya yang berarti hidup dengan damai tanpa konflik baik di dalam maupun di luar dirinya.
Tetapi masih banyak juga orang-orang dengan ke-relijius-an palsu dan menyuburkan pertikaian-pertikaian dengan latar belakang agama dan ketuhanan.
Kita menginginkan masyarakat yang saling memanusiakan manusia satu dengan lainnya dengan menempatkan: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sebagai dasar negara kedua.
Sebagian orang benar-benar mencintai sesama manusia, bertoleransi antar sesama, berani dengan lantang membela kebenaran dan keadilan.
Tetapi masih banyak juga kita lihat para pejabat, politisi, bos, polisi, majikan, guru, pemuka agama, perusahaan, kantor-kantor pemerintahan, dan otoritas kekuasaan lainnya, sewenang-wenang atas manusia lainnya. Kita masih banyak melihat ketakutan manusia-manusia dalam membela kebenaran dan keadilan.
Kita menginginkan masyarakat yang bersatu dan tanpa konflik dengan menempatkan: Persatuan Indonesia, sebagai dasar negara ketiga.
Sebagian orang benar-benar mencintai negara dan tanah air, rela berkorban demi negara, terus menerus pantang menyerah meredam konflik dan menciptakan perdamaian.
Tetapi kita juga melihat masih banyak aktivitas terorisme, separatisme, dan orang-orang mengobarkan kebencian satu sama lain untuk memicu konflik-konflik disekitar kita.
Kita menginginkan masyarakat yang demokratis dan bijaksana dengan menempatkan: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawatan/Perwakilan, sebagai dasar negara keempat.
Sebagian orang dengan ikhlas membuang ego pribadi dan golongan dan tidak memaksakan kehendaknya kepada orang atau golongan yang lain.
Tetapi seringkali kita melihat pertikaian antar kelompok, golongan, partai, dan organisasi lainnya. Kita melihat orang-orang dengan sok penuh kuasa memainkan kekuasaan dengan berpusat pada diri sendiri ataupun kelompoknya.
Kita menginginkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang merata dengan menempatkan: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sebagai dasar negara kelima.
Sebagian orang sungguh-sungguh menjalani hidup sederhana, tidak bergaya hidup mewah, bekerja keras, tidak memeras orang lain.
Tetapi masih banyak kita jumpai orang-orang yang malas dan memeras orang lain. Banyak kita jumpai korupsi oleh orang-orang yang memegang otoritas kekuasaan. Banyak orang-orang yang bertikai satu sama lain karena tidak menghormati hak-hak orang lain. Banyak orang menerobos antrian, banyak orang melanggar lalu lintas, dan masih banyak lagi orang-orang yang mengembangkan perbuatan-perbuatan yang tidak luhur yang kita lihat sehari-hari.
Tetapi masih banyak kita jumpai orang-orang yang malas dan memeras orang lain. Banyak kita jumpai korupsi oleh orang-orang yang memegang otoritas kekuasaan. Banyak orang-orang yang bertikai satu sama lain karena tidak menghormati hak-hak orang lain. Banyak orang menerobos antrian, banyak orang melanggar lalu lintas, dan masih banyak lagi orang-orang yang mengembangkan perbuatan-perbuatan yang tidak luhur yang kita lihat sehari-hari.
Kita adalah negara yang terjebak dalam belenggu paradoksal karena berbagai macam pertikaian. Ada suatu keinginan mewujudkan sesuatu yang ideal. Tetapi kenyataan yang dijumpai tidaklah demikian.
Sebagian orang menciptakan perdamaian dan sebagian lainnya menciptakan pertikaian antar-agama.
Sebagian orang menciptakan keharmonisan dan toleransi dan sebagian lainnya menciptakan rasisme, prasangka, dan pengucilan. Banyak hal-hal buruk menimpa orang-orang baik. Banyak orang-orang jahat yang menang.
Sebagian orang menciptakan persatuan dan sebagian lainnya menciptakan terorisme, separatisme, haters.
Sebagian orang mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan yang lebih besar, sebagian lainnya mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan.
Sebagian orang kaya raya sebagian lainnya miskin, sebagian orang bekerja keras dan menjadi sukses dan sebagian lainnya malas, mengeluh atas keadaan dan memeras orang lain.
Paradoks dan konflik tersebut tidak akan pernah berakhir. Negara adalah suatu masyarakat yang tersusun oleh individu-individu. Individu berasal dari kata latin in + dividuus (not + divide) yang artinya tak terbagi atau tak terbelah. Individu yang sejati adalah individu yang tak terbagi atau tak terbelah. Dengan kata lain, individu yang sejati adalah manusia yang tanpa konflik di dalam dirinya. Negara yang tanpa paradoks dan tanpa konflik harus tersusun dan dimulai oleh individu-individu sejati yang tanpa konflik.
Di dalam menjalani hidup, manusia banyak sekali memiliki tekanan eksternal di luar dirinya yang berpotensi menyebabkan konflik. Tekanan yang berasal dari pemerintah, perusahaan, bos, tradisi, keadaan, keinginan dan pendapat orang lain, suara hati kita yang terus menerus menghasut dengan suara-suara omong kosong tentang "kita tidak bisa melakukan apa-apa" karena itu semua.
Dimana-mana akan selalu ada banyak hambatan dalam hidup manusia. Akan selalu ada orang yang mengeluh.
Namun, bila kita membiarkan berbagai macam tekanan eksternal itu mengontrol tindakan-tindakan dan pikiran-pikiran kita sebagai individu, maka kita menyerahkan kendali hidup kita ke dalam daftar di atas, yaitu ke pemerintah, perusahaan, bos, tradisi, keadaan, keinginan dan pendapat orang lain, dan suara hati kita yang terus menerus menghasut dengan suara omong kosong tentang "kita tidak bisa melakukan apa-apa" karena hal-hal di luar diri kita.
Tetapi bila kita sadar akan itu semua, bangkit berdiri, menyatakan dan melakukan bahwa:
"Mulai hari ini kita tidak lagi akan bergantung, menunggu, atau mengharapkan keberuntungan, lotere, perusahaan, bos, tradisi, nasib, keadaan, belas kasih orang lain, atau pemerintah untuk membantu atau mengubah hidup kita. Mulai hari ini kita akan mengambil tanggungjawab atas hidup kita sendiri. Kita akan menetapkan jalan hidup kita sendiri. Kita akan membuat sukses kita sendiri. Kita akan bertindak. Kita akan berpantang mundur. Kita akan menemukan banyak pelajaran dalam berbagai hambatan. Kita tidak akan menoleh ke belakang. Kita akan mengubah rasa benci menjadi motivasi. Kita akan diberdayakan oleh keadaan dan tidak akan terhambat olehnya. Kita bisa mencapai yang ideal dan tidak ada yang bisa menahan kita lagi. Kita memiliki masa depan kita sendiri. Inilah yang disebut dengan MERDEKA!"
Kemerdekaan sejati adalah kemampuan menerima kenyataan dan dengan begitu kita bisa menjadi individu yang tanpa konflik, dan mampu menyadari bahwa kita sendirilah yang harus bertanggungjawab atas hidup kita. Inilah cara kita mengambil kembali kendali atas hidup kita. Inilah cara kita menggapai yang ideal. Ini adalah roh dan fondasi bagaimana negara besar dibangun diatasnya. Inilah kemerdekaan sejati.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-71. Salam Merdeka!
Artikel terkait:
Dirgahayu Republik Indonesia ke-71. Salam Merdeka!
Artikel terkait:
- Surat Kartini Kepada Stella Zeehandelaar
- Independence's Day of The Republic of Indonesia LXVI
- Sumpah Palapa, Sumpah Pemuda, What Next?
Comments