Photo: flickr.com. License: public domain. |
Kita seringkali dibanjiri dengan artikel dan daftar bagaimana menjadi sukses dalam bisnis, tetapi sangat sedikit artikel tentang mengapa jatuh gagal bisa menjadi suatu hal yang baik. Menurut sebuah artikel di entrepreneur.com, kita semua seharusnya mulai berpikir seperti ilmuwan. Bagi seorang ilmuwan praktisi, kegagalan hanyalah suatu titik data yang pada akhirnya akan mengarah pada solusi yang benar, atau seperti yang dikatakan oleh si penulis artikel tersebut:
"Bagi ilmuwan, hasil negatif bukan merupakan indikasi bahwa mereka adalah seorang ilmuwan yang buruk. Bahkan, itu justru sebaliknya. Membuktikan hipotesis yang salah seringkali sama pentingnya dengan membuktikan hipotesis benar karena dengan begitu kita telah belajar sesuatu sepanjang jalan"
Ada suatu penelitian bahwa orang yang mengerjakan suatu proyek dengan takut gagal maka hasilnya juga akan cenderung gagal karena mindset negatif mereka akan mempengarhi hasilnya. Apa sebabnya? Pertama, kita menutup diri terhadap kreativitas karena apapun yang inovatif otomatis pasti akan membawa risiko yang lebih besar. Bila suatu hal belum pernah dilakukan sebelumnya maka, secara alami, pasti belum pernah terbukti dan karena itu lebih cenderung gagal. Yang kedua, bila kita mencoba sesuatu yang unik dan kemudian gagal di awal kita lebih cenderung untuk menyerah dibandingkan dengan mau mencoba lagi dan menyadari bahwa adanya potensi maksimal terhadap ide tersebut.
Cara mengatasinya di sini adalah ajarilah diri kita untuk menerima kegagalan, belajar darinya dan lanjutkan berjalan terus dan tidak putus asa. Dr John C. Maxwell adalah seorang pakar internasional tentang kepemimpinan dan gagasan kuncinya sangatlah sederhana. Semua kembali ke ketekunan. Dia mengutip contoh dari Thomas Edison yang selalu ditanya, ketika membuat prototipe untuk bola lampu, bagaimana dia bisa jalan terus setelah gagal terus-menerus. Dan apa jawabannya?
"Saya tidak gagal. Saya baru saja menemukan 10.000 hal yang tidak akan berjalan"
Tapi ini bukanlah sekedar orang-orang seperti Edison yang gagal secara menakjubkan pada tahap tertentu dalam karir mereka. Buku-buku sejarah dipenuhi dengan banyak contoh frustasi yang dalam. Walt Disney (kehilangan pekerjaan pertamanya untuk menjadi seorang 'pemimpi'), Abraham Lincoln (salah satu dari empat Presiden AS yang bangkrut) dan Henry Ford (investasi awal tanpa menghasilkan satu mobilpun) hanya beberapa contoh yang terkenal saja.
Namun masing-masing dari mereka tetap tangguh dan berpegang pada 5 aturan emas dalam mengubah kegagalan pekerjaan menjadi berbalik menjadi keberhasilan mereka:
- Singkirkan Penolakan - orang-orang berprestasi tahu tentang betapa berharganya diri mereka dan tidak pernah menganggap diri mereka gagal bahkan ketika hal-hal tidak berjalan sesuai dengan cara yang mereka inginkan
- Terima saja kesalahan atau bila disalahkan - jangan pernah menanamkan kesalahan pada orang lain, terima saja situasinya seperti apa adanya, ambil saja dan mulailah membuat sesuatu yang benar
- Kegagalan adalah sesuatu yang sementara - selalu ada jurang yang besar dimana kita tidak pernah bisa keluar dari situ atau selalu ada batu loncatan untuk sesuatu yang lebih besar? Coba tebak rute mana yang dipilih sang pemenang?
- Harapan yang realistis - kita semua selali gagal dari waktu ke waktu. Tidak ada sesuatu atau seseorang yang sempurna. Terima saja hal ini.
- Fokus pada kekuatan / Kurangi kelemahan - kenalilah talenta/bakat/passion kita, fokus pada talenta tersebut dan jika kita memiliki kekurangan maka kita perlu mencoba dan bekerja dengan orang-orang yang dapat memperbaiki kekurangan kita
"Saya akan bekerja siang dan malam untuk menghindari kegagalan, tetapi jika tidak bisa, saya akan melakukan pada hari berikutnya. Yang paling penting bagi pengusaha adalah tidak terhenti oleh kegagalan"
Jadi kapan dan bagaimana Anda telah gagal dan apa yang Anda lakukan untuk kembali ke jalur yang benar?
diadaptasi dari: linkedin.com/pulse
Artikel lain yang perlu Anda baca:
diadaptasi dari: linkedin.com/pulse
Artikel lain yang perlu Anda baca:
Comments