Gaya Belajar Anak dalam Pendidikan: Visual-Auditori-Verbal-Kinestetik

Gaya Belajar Anak dalam Pendidikan yang Perlu Diketahui Orang Tua dan Guru: Visual-Auditori-Verbal-Kinestetik

--o0o--
Seorang guru fisika mengatakan di suatu kelas: "Isaac Newton sedang duduk di bawah pohon ketika sebuah apel jatuh di kepalanya dan ia menemukan teori gravitasi. Bukankah itu sesuatu yang hebat dan mengagumkan?  
Mahasiswa: "Ya Pak tentu saja, tetapi jika dia belajar dengan duduk di kelas mendengarkan kuliah dan membaca buku seperti kita, ia tidak akan menemukan apa-apa."
--o0o--

Memilih tempat belajar atau sekolah mungkin menjadi salah satu keputusan yang paling sulit yang dibuat oleh orang tua. Orang tua semuanya menginginkan  yang terbaik yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan ketika memilih tempat belajar atau sekolah untuk anak mereka. Tetapi bagaimana kita bisa tahu bahwa kita sudah membuat pilihan terbaik? Beberapa orang tua mungkin tidak terlalu ambil pusing, wait-and-see, dan beberapa orang tua yang lain akan mencoba untuk menghindari kemungkinan kerugian dengan meneliti dengan baik setiap peluang pendidikan yang ada. Jadi bagaimana cara orang tua tahu mana sekolah yang terbaik untuk anak mereka? [Baca juga: Mengapa Siswa Tidak Suka Belajar di Kelas?] Dengan beberapa tips dibawah ini, mungkin para orang tua akan segera tahu.

Salah satu hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa tidak ada yang tahu bahwa anak-anak sebenarnya lebih pintar daripada yang kita duga. Mereka tahu yang terbaik. Yang perlu  orang tua lakukan  adalah cukup tersenyum saja, dan coba pahami apa yang mereka inginkan, dan menghargai usaha mereka, mengambil pendapat mereka dan kemudian menyimpan informasi tersebut ke dalam ingatan kita. Selanjutnya percaya sajalah pada diri sendiri apa yang akan terjadi.

Sebelum membuat pilihan untuk pendidikan, kurikulum dan kegiatan ekstra, para orang tua perlu memahami bagaimana cara anak-anak belajar dan mengingat informasi. Apakah si orang tua sedang memilih TK, SD, atau SMP/SMU untuk anak mereka, maka si orang tua harus terlebih dahulu memahami gaya belajar anak-anak mereka. Namun sebelumnya, si orang tua harus terlebih dahulu memahami dirinya  sendiri dalam hal gaya belajar.

Jika si orang tua sadar tentang metode yang digunakan dirinya sendiri dalam belajar atau mengambil informasi, maka si orang tua akan cenderung untuk tidak terlalu berasumsi tentang gaya belajar si anak. 

Di bawah ini adalah definisi dari gaya belajar, dan kemudian deskripsi dari empat macam gaya belajar yang ada. Setelah para orang tua mengenali cara anak-anak mereka dalam mengingat informasi, maka orang tua akan bisa lebih mudah untuk menerima dan menerapkan gaya pengajaran yang menunjang gaya  belajar anak-anak mereka. [Baca juga: Sekolah Tidak Kompatibel Dengan Teknologi?]



Apa yang dimaksud dengan gaya belajar? 
Gaya belajar adalah bagaimana cara otak kita merekam/mengingat informasi yang akan digunakan di kemudian hari.

Setiap dari kita dilahirkan dengan satu gaya belajar yang dominan dan gaya belajar kedua/sekunder yang saling bekerja sama. Meskipun anak-anak menjalani banyak gaya belajar ketika mereka tumbuh dewasa, setiap anak akan memiliki satu gaya yang terlihat dominan dibanding dengan gaya yang lain. Bayi dan balita cenderung menggunakan gaya 'meraba' dalam mengambil informasi. Meraba berarti mereka memiliki kebutuhan untuk merasakan segalanya. Para orang tua mungkin telah mengamati sedikit dengan menempatkan setiap benda yang berada dalam jangkauan mereka dan kemudian dimasukkan ke dalam mulut mereka. Kemudia ketika anak-anak dalam proses tumbuh dan berkembang, mereka menjadi pembelajar yang 'eksperiential' atau kinestetik.

Pembelajar kinestetik melakukan proses belajar yang terbaik dengan cara melakukan atau mengalami suatu informasi. Ini adalah fase pertumbuhan 'eksplorasi' atau 'discovery'. Sangat disarankan sebagai orang tua, pada periode ini pertumbuhan diisi dengan berbagai pengalaman apa pun tetapi bukan diisi dengan TV dan duduk diam. Usia ini adalah saat yang baik untuk melihat kebun binatang, jalan-jalan, melihat binatang, melihat cuaca, menyanyi, menari, dan bermain tanpa pengaturan yang ketat. Dianjurkan untuk bertemu dengan orang tua, kakek-nenek dan saudara lainya dan inilah saat-saat untuk menemukan berbagai hal.

Ketika anak-anak masuk  TK, usia 5-6 tahun, kebutuhan mereka untuk berinteraksi di kelompok kecil dan pembelajaran yang tepat semakin diperlukan. Sebuah program TK, kecil-kecilan di alam (10-15 anak), bisa meningkatkan proses pembelajaran di usia ini.

Setelah anak-anak tumbuh menjadi remaja, gaya belajar mereka cenderung lebih terlihat dan menjadi dominan sekitar 80% -90% tentang bagaimana mereka mempelajari sesuatu. Kadang-kadang kita melihat bahwa mereka gagal atau sulit dalam proses pembelajaran bukan karena mereka bodoh (meskipun beberapa orang mungkin telah memberi label mereka seperti itu), tetapi karena mereka telah ditempatkan dalam lingkungan belajar yang sebenarnya tidak cocok dengan gaya belajar mereka. Dan ini menjadikan anak-anak yang  cerdas menjadi terhalang dalam proses pembelajaran mereka. Misalnya, setting di kelas umumnya cenderung untuk melayani anak-anak dengan tipe pembelajar visual. Pembelajar tipe auditori mungkin bisa belajar dengan lebih baik jika format belajar lebih mendorong untuk diskusi, karena para siswa jenis ini memproses sesuatu dengan berbicara tentang apa yang didengar.

Jadi sebaiknya mari kita pelajari terlebih dahulu tentang beberapa gaya belajar dengan lebih mendalam. Sebagai guru, pendidik atau orang tua, disarankan bahwa kita sebaiknya mengetahui terlebih dahulu gaya belajar kita sendiri, gaya belajar partner atau guru yang lain, dan kemudian baru gaya belajar si anak. 

Pada dasarnya ada 4 tipe dasar pembelajar atau gaya belajar:
  1.     Pembelajar tipe visual
  2.     Pembelajar tipe auditory
  3.     Pemlajar tipe verbal
  4.     Pemlajar tipe kinestetik atau experiential

1) Pembelajar tipe visual

Pembelajar visual menerima informasi melalui mata/penglihatan. Mereka akan belajar dengan mengingat warna, gambar suatu peristiwa, poster, dll. Mungkin ini seperti mereka asyik dengan kamera dan selalu mengambil gambar.

Kekuatan pembelajar visual:
  • Lebih suka dengan petunjuk yang tertulis dan membuat catatan rinci untuk diingat
  • Cenderung berpikir dengan menggunakan  gambar dan memahami gambaran besarnya dengan mudah
  • Akan cenderung melihat gambar, poster, dll di kamar
  • Bisa mengingat diagram, grafik, dan kata-kata setelah melihatnya beberapa kali
  • Mereka cenderung suka membaca, menulis, dan seringkali mengingat cerita keluarga mereka setelah melihat
  • Suka dengan perumpamaan, analogi, bisa menyambungkan berbagai angka abstrak secara visual
  • Mampu melihat gambar-gambar pada lembar petunjuk dibandingkan membaca suatu petunjuk
  • Sangat berbakat dalam mengingat arah/petunjuk karena mereka mengingat mental map di kepala mereka
  • Suka dengan keteraturan. Keteraturan menciptakan rasa tenang dan rasa aman bagi mereka
  • Meja atau kamar mungkin berantakan, tapi mereka tahu di mana setiap tumpukan dan apa yang ada di dalamnya
  • Ketika membaca untuk hal-hal yang detil mereka sering ingat di halaman mana informasi dapat ditemukan.
  • Kecerdasan spatial yang kuat dan bisa melihat dengan jelas seperti apa nantinya proyek apabila sudah selesai.
  • Suka dengan warna, garis, seni dan fashion. Mereka memiliki naluri untuk gaya atau menciptakan suasana
  • Melamunkan/memikirkan warna, menyukai grafik, dan memahami hal-hal itu dengan mudah.
  • Suka buku dan memori hafalan
  • Lebih suka bekerja di ruangan yang tenang sendirian
  • Ketika mencoba mengingat sesuatu mereka akan sering memvisualisasikan gambar supaya lebih mudah mendapatkan ingatannya
  • Suka ketertiban dan pengaturan. Ketika orang lain tidak suka dengan pekerjaan ini, mereka sering merasa suka untuk mengatur lemari, laci, file, dll
  • Lebih suka duduk di depan dalam suatu ruang, teater, kelas, dll untuk menghindari gangguan dari orang lain dalam hal melihat sesuatu yang menjadi fokus prioritas

Kelemahan pembelajar visual:
  • Pada kondisi yang sangat ekstrem, kekuatan mereka dalam melihat apa yang mungkin akan terjadi sangatlah kuat sehingga mereka tidak bisa melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini. Bila kita bertemu dengan orang semacam ini kita bertemu dengan seorang yang sangat optimistis yang abadi, tetapi mereka sangat sulit menghadapi realita kehidupan yang sebenarnya sedang terjadi saat ini.
  • Tipe pembelajar yang kaya dengan konsep ini mudah bosan dengan dengan embel-embel atau bahan-bahan selingan.
  • Mereka adalah orang-orang yang mampu mengeja dengan baik tetapi seringkali tidak bisa mengingat nama.
  • Mereka seringkali perlu melihat bahasa tubuh pembicara dan ekspresi wajah untuk memahami isi konsep yang diberikan apabila disampaikan secara lisan dan bisa saja atau seringkali salah dalam menafsirkan informasi dari si pembicara.

Anak-anak gaya visual belajar terbaik dengan cara:
  •  Mencatat, membuat garis, diagram, grafik dan flashcards
  •  Menonton video, menyalin catatan dari papan tulis
  •  Menggunakan stabilo, menulis ulang informasi penting
  •  Membuat  gambar-gambar untuk memahami suatu konsep

Cara terbaik untuk mengajari  anak-anak dengan gaya visual:
  • Sering-sering membantu mereka untuk membuat suatu daftar
  • Menggunakan grafik-grafik yang bisa memberi rangsangan untuk belajar
  • Menggunakan catatan-catatan yang memotivasi (percaya atau tidak, anak-anak remaja dengan tipe ini seringkali masih bereaksi terhadap wajah yang sangat gembira yang digambar di kertas mereka)
  • Membuat komitmen/kontrak - tuliskan aturan, harapan-harapan dan konsekwensi-konsekuensinya dan mintalah mereka membaca dan menandatanganinya
  • Buatlah jadwal yang tertulis di kalender mereka karena itu akan memberi pengaruh yang besar bagi mereka.
  • Setelah mereka selesai melakukan pekerjaan dengan baik, misalkan saja, membersihkan kamar mereka, fotolah dan kemudian bisa digantung di dinding. . . ini akan berfungsi sebagai pengingat yang baik bagi mereka

2) Pembelajar tipe auditori

Pembelajar tipe auditori belajar melalui pendengaran. Mereka adalah anak-anak yang hanya perlu diberitahu sekali saja. Mereka adalah pembelajar yang biasanya belajar dengan sangat baik dalam lingkungan sekolah tradisional di mana sehari-hari dilalui dengan duduk dan mendengarkan. Mereka jarang berbicara kecuali mereka yakin bahwa mereka memiliki informasi yang akurat atau memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hal yang akan mereka bicarakan.

Pembelajar auditori adalah pengamat yang sangat baik dan seringkali adalah orang-orang yang membantu teman-temannya dalam belajar karena mereka adalah pendengar yang baik. Kabar baiknya adalah bahwa pembelajar auditori menyerap sekitar 70% dari apa yang mereka dengar. Kabar buruknya adalah bahwa hanya sekitar 30% saja umumnya dari para siswa di kelas adalah pembelajar auditori. Sayangnya, situasi dunia pendidikan umumnya dirancang untuk para siswa dengan tipe visual dan auditori. Yang berarti di kelas yang berisi tiga puluh siswa, hanya sembilan siswa akan menyerap informasi, dua puluh satu siswa lainnya akan bengong atau mengganggu yang lain.

Kekuatan pembelajar auditori:
  • Suka dengan diskusi kelompok dan bisa mengingat apa yang mereka bicarakan maupun yang dibicarakan orang lain
  • Dapat melafalkan kembali kepada orang lain instruksi lisan ataupun percakapan sekitar 6 bulan sampai satu tahun lalu. Meskipun kita hanya harus memberitahu mereka sekali saja.
  • Mudah dalam mengikuti pelajaran di kelas, kelas online yang menggunakan audio, audio books, dan informasi yang diberikan secara lisan [Baca juga: 38 Tempat Untuk Belajar Online Secara Gratis]
  • Bisa menghafal sebagian besar teks apabila itu diberikan kepada mereka dalam bentuk potongan-potong secara lisan
  • Memiliki kebutuhan untuk mendiskusikan persepsi yang mereka pegang atau hal-hal yang mereka tidak mengerti yang bisa sangat bermanfaat bagi siswa yang pemalu untuk bicara
  • Membuat/menggunakan nada-nada/musik yang indah, atau  musik yang berulang-ulang. Mereka bisa menghafal sesuatu yang masuk melalui suatu irama atau lagu
Kekurangan pembelajar auditori:
  • Jika kita lupa untuk berbicara sesuatu, kita akan diingatkan oleh mereka. Karena mereka tidak akan lupa.
  • Mereka memiliki kebutuhan untuk mendiskusikan hal-hal yang mereka belum pahami, yang mungkin bisa menyebabkan mereka dianggap mengganggu orang lain.
  • Mudah terganggu oleh suara yang ribut. Karena mereka belajar melalui telinga mereka, mereka selalu menyadari setiap percakapan yang ada di sekitar mereka.
Anak-anak pembelajar auditori belajar terbaik dengan cara:
  • Lagu-lagu dan bernyanyi
  • Pembacaan/mengulang dengan suara yang keras
  • Dibacakan/diceritakan tentang sesuatu
  • Mengulangi lagi apa yang telah mereka pelajari.
  • Mendramatisasi/memberikan intonasi terhadap informasi yang diberikan
  • Memberikan laporan secara lisan
  • Debat, diskusi panel, permainan/game verbal
  • Mengajar apa yang telah mereka pelajari dengan suara yang keras
  • Me-‘rap’-kan lagu-lagu, membaca dengan gaya puisi, dsb
Cara terbaik untuk mengajar anak-anak auditori:
  •     Mintalah mereka untuk membaca dengan keras aturan yang telah kita tetapkan. 
  •     Minta mereka mengulangi apa yang kita katakan.
  •     Menghilangkan musik yang mengganggu misalnya stereo, tv, dll
  •     Duduk sendirian dengan tenang, menghilangkan interaksi dengan hal-hal yang menggangu.
3) Pembelajar tipe verbal

Seorang anak pembelajar tipe verbal akan cenderung berbicara dan mendengar sendiri dirinya berbicara tentang suatu informasi untuk mengingat ke dalam otaknya. Dampaknya, pembelajar tipe ini tidak bisa mengikuti dengan baik proses belajar dengan cara duduk dan mendengarkan di kelas.

Jika kita menyampaikan pelajaran untuk pembelajar tipe ini, kita perlu memberikan poin-poin yang singkat dan jelas dan kemudian selalu konfirmasikan, misalnya: "Sekarang katakan apa yang telah kamu dengar, atau apa yang telah kamu pikir dari yang sudah saya katakan." Dan mintalah mereka untuk memberikan daftar kembali kepada Anda. Kita bisa memulainya dengan satu atau dua poin saja ketika mereka masih kecil. Pada tahun-tahun remaja,  kita bisa memberikan  4 sampai 5 poin.

Kekuatan anak-anak pembelajar verbal:
  • Memilih instruksi lisan dimana mereka bisa terlibat juga secara verbal
  • Biasanya memiliki kemampuan dan keterampilan auditori yang sangat baik dan dapat berkonsentrasi pada satu orang meskipun dalam ruangan yang penuh dengan gangguan apabila mereka sedang terlibat dengan hal-hal yang disampaikan secara verbal atau dengan kata-kata
  • Kosa kata mereka biasanya lebih baik dari orang seusia mereka dan mereka berbicara dengan fasih dan sangat jelas sejak masih usia dini. Ketika belajar membaca, mereka bisa mengingat isi yang dibaca meskipun mereka masih sedang menguraikan kata-kata.
  • Dalam kelas atau dalam kelompok, siswa seperti ini mampu berbicara dan mendengarkan pada saat yang sama!
  • Mereka berpikir dengan menggunakan kata-kata daripada menggunakan gambar.
Kekurangan pembelajar verbal:
  • Mereka sangat bagus/berbakat dalam berdebat. Kalau kita terlibat perdebatan dengan anak tipe ini kita bisa frustasi dan bisa menimbulkan kegaduhan di kelas.
  • Di ruang kelas, siswa seperti ini bisa berbicara dan mendengarkan pada saat yang sama, tetapi sayangnya sebagian besar siswa lainnya tidak memiliki keterampilan dan gaya ini.
  • Informasi tertulis tidak terlalu berarti bagi mereka jika tidak dikombinasikan dengan materi, instruksi dan diskusi secara verbal.
  • Ketika berfokus pada membaca atau menulis, mereka akan mudah terganggu oleh suara/keributan (karena mereka memproses input dengan cara mendengarkan, sehingga bila ada suara hal ini akan menjadi prioritas untuk diproses)
  • Mereka menafsirkan suatu makna melalui isyarat-isyarat non-verbal seperti kecepatan, perubahan irama, nada dan intonasi, dan seringkali mereka salah mengartikan suatu makna.
Anak-anak pembelajar verbal belajar terbaik dengan cara:
  • Berinteraksi dan berdiskusi tentang apa yang telah mereka pelajari – jadi mereka memproses informasi/pengetahuan secara eksternal.
  • Mendengarkan kaset audio sambil bergerak, berolahraga dsb
  • Berbicara dengan keras untuk membantu proses mengingat
  • Membaca buku dan catatan dengan suara yang keras
  • Mengambil kelas online karena mereka bisa mengulang dan mendengarkan lagi sambil melihat catatan mereka. [Baca juga: 38 Tempat Untuk Belajar Online Secara Gratis]
  • Menggunakan audio books, program bahasa asing yang interaktif, program-program berbasis video
  • Ketika mereka menyerah dengan tugas atau pelajaran yang sulit, berbicaralah dengan mereka tentang pelajaran itu step-by-step.
  • Ajarkan suatu informasi melalui lagu, jinggle pendek atau sajak berulang, semakin norak lagu atau jingglenya semakin bagus.
  • Ucapkan kata-kata dengan cara melalui suku kata dan gunakan kaitan-kaitan antar kata
Cara terbaik untuk mengajari anak/siswa tipe verbal:
  • Katakan kepada mereka aturan mainnya dan mintalah mereka untuk mengulanginya kepada Anda, tunjukkan bagaimana mereka melanggarnya dan apa konsekuensinya.
  • Tunjukkan dengan suatu tindakan tentang suatu konsekwensi secara alami -- apapun itu, tetapi jangan terlibat dalam percekcokan verbal kecuali bila Anda siap kalah dan frustasi. Ada orang tua yang pernah terlibat perdebatan kecil dengan anaknya tentang bagaimana si anak menyelesaikan pr (pekerjaan rumah) sampai lengkap. Tidak membicarakan tentang masalah tersebut sebenarnya sudah akan menyelesaikan masalah. Si orang tua ini bercerita bahwa suatu hari si anak bertanya apakah dia mau mengantarnya ke rumah temannya. Si orang tua bilang, apabila pr nya(tugasnya) sudah diselesaikan. Dan ia menjawab 'Ok'. Setelah memeriksa pr nya, dan mengetahui pr nya masih setengah selesai, si orang tua tidak mengatakan apa-apa, membiarkannya saja dan kemudian mengatarkannya ke temannya – dan ketika baru setengah jalan, kemudian si orang tua tiba-tiba memutar mobil untuk kembali ke rumah, sehingga dia bertanya, "Kenapa kita kembali?" Si orang tua menjawab, "Saya mengantarmu kesana kalau kamu sudah selesai menyelesaikan pr mu." Dan selanjutnya tidak ada lagi yang lain yang perlu dikatakan tentang masalah ini. . . dan akhirnya si orang tua tidak pernah lagi mengajari untuk melakukan hal secara setengah-setengah. 
  • Kalau kita ingin memberi suatu pelajaran dengan gaya mereka, kita bisa menggunakan pendekatan apa yang disebut dengan 'kue oreo' bila berhubungan dengan pembelajar tipe ini – yaitu  beri pujian, kemudian diikuti dengan kritik dengan saran, diikuti dengan pujian lagi. Ini akan mendorong perdebatan secara verbal dengan mereka. . . tetapi perlu diingat ini adalah salah satu jenis anak dimana kita mungkin tidak ingin berdebat secara lisan!
  • Bila kita ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan hidup mereka, cukup biarkan mereka sendirian (entah mendengarkan musik sendirian atau berjalan-jalan) dan cukup bilang, "Apa yang sedang terjadi di dalam dirimu." Kemudian tunggu saja sampai dia berbicara. Cukup diam saja dan jangan berbicara lagi. Mereka tidak akan tahan, dan akhirnya mereka akan bicara. Ada orang tua yang pernah berjalan 5 1/2 mil untuk meminta supaya si anak bicara, dan kemudian setelah bicara dia tidak ingin berhenti sampai dia selesai.
4) Pembelajar tipe kinestetik

Pembelajar kinestetik belajar dengan cara mengalami, atau menangani sesuatu dengan ketrampilan tangan atau sejenisnya, trial-and-error dibandingkan dengan cara membaca, menulis, atau mendengar dan berbicara tentang suatu peristiwa. Kabar baiknya adalah, pada usia 10-12, pembelajar kinestetik biasanya mengembangkan gaya belajar lainnya sebagai gaya belajar sekunder yang dapat membantu untuk mencegah mereka mencoba berbagai macam eksperimen yang bisa membuat kacau dapur dsb! 

Pembelajar tipe kinestetik jelas tidak akan cocok untuk belajar di kelas  dengan gaya tradisional 'duduk diam dan mendengarkan'.

Pembelajar dengan tipe ini (belajar dengan cara praktik) memiliki potensi terbesar untuk menciptakan konsep baru jika cara belajar mereka tidak terlalu kaku. Mereka memiliki banyak pertanyaan, dan memahami konsep ilmu pengetahuan dan matematika dengan sangat baik. Ada guru yang selalu senang mengajar siswa kinestetik tetapi untuk mengajar anak dengan tipe ini harus benar-benar membutuhkan persiapan matang, dan harus tetap dua langkah di depan mereka. Tetapi ketika mereka sudah paham tentang sebuah konsep, mereka memahaminya dengan sangat baik sehingga mereka bisa mengajarkannya kepada teman-temannya.

Kekuatan pembelajar tipe kinestetik:
  • Belajar dengan baik apabila sambil bergerak -- ini adalah penting bagi mereka untuk membuat tubuh sibuk dan sementara otak berusaha untuk menyimpan data untuk digunakan di masa mendatang
  • Mampu menghafal jika mereka sudah menulis beberapa kali, tetapi cara terbaiknya adalah jika mereka bisa menghubungkan suatu pengalaman dengan apa yang diingatnya itu. Ada seorang siswa matematika yang belajar tentang tabel perkalian sambil berolahraga di gym dengan serius. Kita akan terkejut dengan hasilnya bahwa dia sangat cepat mampu mengingat tabel itu dengan cara seperti ini.
  • Memiliki kemampuan yang hebat dalam memanipulasi/memodifikasi objek-objek dengan sangat terampil
  • Biasanya mereka adalah atlit yang hebat atau mereka yang memiliki keterampilan yang membutuhkan gerakan yang akurat, keseimbangan dan koordinasi mata-dan-tangan yang baik
  • Biasanya belajar dengan baik apabila dengan menggunakan/menggerakkan tangan atau tubuh mereka
  • Pada umumnya mereka adalah anak laki-laki atau anak-anak di bawah usia tujuh tahun
Kelemahan untuk pembelajar tipe kinestetik:
  • Umumnya mereka lebih sulit untuk memusatkan perhatian dalam situasi kelas dengan duduk diam mendengarkan (kecuali situasi yang interaktif) tetapi setelah mereka fokus, tidak mudah untuk melepaskan diri dari fokus tersebut.
  • Dengan mendengar dan berbicara tidak akan membuat informasi/pengetahuan terasa 'aktual' bagi mereka. Mereka benar-benar memerlukan suatu gerakan apabila kita menginginkan mereka untuk melakukan sesuatu.
  • Pembelajar tipe ini biasanya belajar dengan melakukan kesalahan terlebih dahulu dan kemudian bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Mereka lebih memilih belajar dengan teknik trial-and-error.
  • Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membaca karena mereka tidak terlalu mengingat apa yang mereka lihat atau apa yang dibicarakan.
  • Mereka umumnya tidak pandai dalam mengeja
  • Mereka cenderung memproses sesuatu secara fisik, yang bisa saja berubah menjadi agresif jika tidak diajarkan bagaimana berkomunikasi secara verbal.
  • Mereka cenderung diidentifikasi sebagai siswa yang bodoh atau lambat dalam belajar, tetapi tuduhan ini sebenarnya tidaklah benar. Hanya saja mereka memang tidak cocok dengan gaya belajar di kelas yang duduk diam dan mendengarkan atau melihat ke papan.
  • Mereka cenderung memiliki banyak kontak/gerakan fisik yang mungkin saja mengganggu atau disalahpahami dalam suatu diskusi kelompok.
  • Kadang-kadang mengalami kesulitan dalam menghubungkan kata-kata dengan perasaan.
Anak-anak kinestetik belajar terbaik dengan cara:
  • Dengan membuat gerakan ketika sambil belajar akan membantu mereka untuk memproses dan menyimpan informasi dengan lebih baik.
  • Dengan mendorong mereka untuk membaca sambil melakukan sesuatu pada saat yang sama, akan membuat mereka memroses sesuatu dengan lebih baik tetapi juga akan membuat suatu pengalaman yang diingat, dan juga yang berkaitan dengan, hal lainnya.
  • Menggunakan cara belajar dengan meraba/menggerakkan tangan bila memungkinkan menulis di pasir, menggunakan bahasa isyarat, manipulasi komputer, bermain peran, pengalaman praktis di luar kelas sebanyak mungkin.
  • Mendorong mereka untuk menulis sambil mereka membaca atau berbicara.
Cara terbaik untuk menyampaikan pelajaran untuk anak-anak kinestetik:
  • Berjalan dan berbicara atau bermain olahraga dan kemudian bicaralah - Mereka lebih cenderung untuk mendengarkan dan mengingat pelajaran dengan cara ini.
  • Sediakan tempat untuk gerakan fisik untuk mereka, dan biarkan mereka untuk melakukan sesuatu sampai berkeringat sebelum Anda membicarakan suatu masalah. Dulu ada orang tua yang meminta anak-anak mereka menggali lubang pada suatu waktu -- kadang sampai mereka tenang dan tidak marah lagi, kemudian barulah si orang tua meminta mereka masuk ke rumah dan berbicara tentang 'kesalahan' mereka. Teknik ini mungkin membuat kita menunggu agak lama. Jadi dengan menggali lubang atau melukis pagar atau mereka melakukan pekerjaan untuk Anda, mereka belajar lebih cepat bagaimana mengontrol kemarahan mereka dan mampu berkomunikasi dengan lebih cepat. Ada orang tua yang menyuruh anak-anaknya untuk terus menerus menggali kolam di sepanjang jalan masuk rumah mereka. Dan hari ini anak-anak itu sudah tumbuh besar, kembali pulang dari kuliah, tertawa riang tentang bagaimana mereka menggali kolam selama bertahun-tahun ketika mereka tumbuh dewasa.
Anak-anak belajar memanjat tebing buatan di Mal Taman Anggrek Jakarta. Dalam proses belajar memanjat tebing, anak juga diajarkan untuk mengetahui tujuan dan mencapai tujuan (di ujung atas ada bel yang harus dibunyikan bila si anak berhasil mencapai ujung atas). Proses belajar seperti ini sangat cocok untuk anak-anak terutama anak yang bertipe kinestetik (catatan: sebagian besar anak adalah bertipe kinestetik).

Sekarang ketika kita mungkin sudah tahu dengan gaya belajar anak-anak atau para siswa, adalah penting bahwa guru, pendidik, atau orang tua mengetahui apa gaya mereka sendiri dalam belajar. Kebanyakan orang tua membuat kesalahan dengan tidak mau atau tidak tahu untuk mengenali gaya belajar masing-masing anak dan bersikeras mengajar dengan metode belajar tradisional atau dengan gaya mereka sendiri dalam belajar. Keduanya mungkin adalah kesalahan yang fatal untuk anak Anda.
Misalnya, ketika Anda mengajari anak-anak Anda di rumah, bisa jadi Anda menghiasi dinding dengan poster-poster yang menarik, bagan, grafik dan kutipan-kutipan yang inspiratif. Misalnya untuk mengajari tentang problem pembagian dalam matematika kepada anak-anak Anda, satu orang tipe verbal dan yang satunya lagi tipe kinestetik, Anda memberi instruksi bahwa mereka harus menggunakan bagan-bagan yang ada di dinding di belakang mereka. Mereka berdua akan melihat ke sekeliling ruangan dan terkejut bingung dengan bagan-bagan tersebut. Anda dan anak-anak Anda mengajar dan belajar di tempat yang sama selama berbulan-bulan, dan mereka (anak-anak itu) tidak pernah memperhatikan bagan-bagan itu sebelumnya. Saat itulah mungkin Anda sadar bahwa Anda adalah seorang pembelajar tipe visual, dan Anda mengharapkan mereka untuk belajar dengan cara Anda. Anda harus mengubahnya segera. Setelah Anda lakukan itu, pelajaran akan jauh lebih mudah bagi mereka.

Setelah membaca ini semua, kita mungkin mulai sadar tentang bagian-bagian di mana kita sudah terlanjur menempatkan anak-anak untuk belajar dengan cara yang bukan gaya belajar mereka. Mereka mungkin sudah terlanjur di dalam kelas/sekolah yang tidak kondusif untuk cara belajar mereka, dan kita mungkin harus membuat perubahan untuk menempatkan mereka di suatu tempat di mana mereka dapat belajar dengan cara mereka. Atau lebih buruk lagi, kita mungkin telah memberi mereka label sebagai anak yang lambat, bodoh, atau tidak teratur, atau label apapun lainnya yang mendorong kita untuk mencari obat tanpa suatu diagnosis yang menyeluruh, atau mungkin merasa puas saja dengan situasi 'kesulitan' belajar tersebut. Sebaiknya ubahlah!

Temukanlah gaya belajar anak-anak, dan aturlah situasi yang akan menginspirasi belajar daripada menindasnya. Disinilah letak kuncinya.

Orang tua, guru, dan para pendidik mungkin juga menghukum dengan cara yang tidak efektif. Orang tua mungkin bisa memarahi anak perempuannya hanya dengan cara melihatnya saja, tetapi cara ini tidak berhasil untuk anak laki-lakinya.

Karena tujuan hukuman adalah untuk melindungi anak-anak dari bahaya atau untuk melatih karakter mereka, orang tua, guru, dan pendidik harus menemukan cara-cara yang akan diingat oleh mereka. Dengan mengetahui gaya belajar mereka maka orang tua, guru, dan pendidik bisa membantu untuk membuat rencana dalam hal memberi hukuman dan panduan.

Harap diperhatikan juga, ketika kita tumbuh dewasa, kita mengembangkan kekuatan di semua gaya belajar. Meskipun kita akan selalu memiliki satu yang dominan atau yang kita inginkan, namun demikian kita tetap belajar untuk menggabungkan tiga gaya lainnya ke dalam mekanisme pembelajaran kita. Ketika seorang siswa masih dalam tahap perkembangan, baik ketika masih kecil, atau ketika masih sedang berusaha memahami konsep, apabila kita bisa memberikan pelajaran dengan cara melalui gaya mereka, proses belajar bisa jauh lebih mudah dan lebih cepat. Selain itu, semakin kita mengajar dengan menggunakan semua empat gaya belajar tersebut, semakin besar kemampuan mereka dalam mengingat/memahami pelajaran. Penelitian menunjukkan setiap gaya yang digunakan/diajarkan menghasilkan pemahaman/pengingatan sekitar 25%. Itu berarti jika kita menggunakan 3 gaya, siswa  rata-rata akan mampu mengingat/memahami 75% dari pelajaran yang diberikan. Tetapi bila kita menerapkan secara khusus pada siswa tertentu dengan gaya mereka, persentase tersebut bisa lebih tinggi.

Seperti halnya kita mempelajari diri kita sendiri, dan anggota keluarga kita lainnya, dan berupaya hidup dengan memperhatikan dan mengapresiasi gaya belajar masing-masing dan kepribadian yang unik, kita bisa memberi sumbangan kepada dunia persis apa yang ia dibutuhkan: orang-orang dengan potensi hebat untuk mengubah dunia!

Baca juga:

Comments

banyak pengalaman mengenai dunia belajar pada anak-anak usia dini, dengan menjadi seorang guru les privat ke rumah di bintaro saya semakin bersemangat untuk belajar bersama anak-anak. memang karakteristik atau cara belajar mereka berbeda-beda tapi itulah tantangannya. terima kasih mas
Dikares said…
Thanks infonya. Oiya ngomongin mendidik anak, miliarder kawakan Warren Buffett ternyata punya cara cerdas untuk mengajarkan anak perihal keuangan. Seperti apa caranya? Temen-temen bisa cek di sini: Tips Warren Buffett mendidik anak

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218