Semenjak umat manusia ada dan eksis di bumi, ada berapa kali krisis ekonomi terjadi? Mungkin sudah ribuan atau bahkan ratusan ribu kali krisis ekonomi terjadi sejak umat manusia ada di bumi. Hanya wajah krisisnya saja yang berbeda-beda bentuknya. Ada sedikit demi sedikit modifikasi dalam wajah-wajah krisis. Krisis-makmur-krisis-makmur-dst-dst. Begitulah siklus kehidupan ekonomi umat manusia sepanjang masa.
Saya tidak tahu kapan krisis ekonomi tertua yang pernah ada di muka bumi. Tetapi krisis tertua yang paling populer dari cerita sejarah adalah krisis ekonomi yang bermula di Mesir di jaman Firaun. Pada waktu sebelum krisis, Firaun si Raja Mesir, bermimpi tentang tujuh sapi gemuk dan tujuh sapi kurus. Tujuh sapi gemuk di makan oleh tujuh sapi kurus. Bingung dengan mimpinya, akhirnya si Raja mencari dan mengumpulkan para ahli tafsir mimpi. Akhirnya ada seorang yang berhasil menafsirkan mimpi tersebut dengan akurat. Si Yusuf nama si penafsir mimpi itu. Hasil tafsir Yusuf tentang mimpi itu adalah bahwa, akan terjadi masa kemakmuran selama tujuh tahun. Dan tujuh tahun berikutnya masa kekeringan dan kelaparan yang hebat di seluruh negeri dan sekitarnya.
Akhirnya setelah tahu arti mimpinya, si Raja minta nasehat dan solusi atas problem kelaparan hebat selama tujuh tahun setelah masa kemakmuran. Yusuf, si penafsir mimpi, menyarankan agar Raja menyimpan makanan selama masa tujuh tahun kemakmuran. Sehingga pada masa tujuh tahun kekeringan dan kelaparan, persediaan makanan akan mencukupi.
Dan kemudian benarlah yang terjadi adalah demikian. Ketika seluruh negeri mengalami masa kekeringan dan kelaparan, hanya Mesir yang selamat dari krisis itu. Sehingga semua negeri di sekitar banyak yang datang ke Mesir untuk mendapatkan/membeli makanan.
Begitulah sekelumit cerita singkat tentang krisis ekonomi tertua yang pernah saya baca dalam cerita. Masing-masing dari kita bisa memberi makna yang bervariasi terhadap terjadinya krisis ekonomi dari sepenggal cerita di atas ribuan tahun yang lalu.
Tetapi bila kita melihat secara jernih, pada kenyataannya, bahwa masa-masa hidup umat manusia kapanpun itu selalu mengalami pergantian siklus yang kurang lebih sama dengan cerita sejarah tadi. Makmur-krisis-makmur-krisis-dst-dst. Itu sudah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu bahkan mungkin jutaan tahun sejak manusia ada. Jadi sebenarnya umat manusia sudah sangat terbiasa menghadapi siklus kemakmuran-dan-krisis ini. Semua yang ada di dunia itu selalu ada awalnya dan selalu ada akhirnya. Begitulah yang terjadi dan seterusnya.
Lalu apa masalahnya?
Di Mesir ribuan tahun lalu di jaman Fir'aun, masalah krisis ekonomi dalam bentuk kekeringan dan kelaparan, sudah ada petunjuknya, sehingga krisis bisa diantisipasi jauh-jauh sebelumnya.
Krisis akan menjadi masalah besar bagi mereka yang tidak mendapat petunjuk, tidak mempersiapkan apapun untuk menghadapinya, dan selalu bersikap panik dan penuh kecemasan. Bagi orang yang sadar betul bahwa semua siklus 'pasti-ada-awal-dan-akhir' akan lebih tahu bagaimana harus merespon masa-masa keberlangsungan siklus itu. Itulah petunjuk awal bagi semua umat manusia. Semua ada awal dan akhir. Tidak ada yang bersifat selamanya. Tidak ada yang pasti di depan. Karena begitulah sifat dasar kehidupan.
Kemakmuran dan krisis ekonomi adalah siklus rutin dan hanya salah satu bagian dari siklus kehidupan umat manusia. Ketika kehidupan manusia dimulai, saat itu jugalah dimulai berbagai macam siklus yang melekat pada kehidupan manusia. Dan ketika kehidupan berakhir, disitu pulalah seluruh siklus yang melekat pada kehidupan juga berakhir. Orang yang memahami siklus ini, akan tahu apa yang akan dilakukan ketika krisis datang, ketika kemakmuran datang, ketika ketidakpastian datang.
Kemakmuran dan krisis ekonomi adalah siklus rutin dan hanya salah satu bagian dari siklus kehidupan umat manusia. Ketika kehidupan manusia dimulai, saat itu jugalah dimulai berbagai macam siklus yang melekat pada kehidupan manusia. Dan ketika kehidupan berakhir, disitu pulalah seluruh siklus yang melekat pada kehidupan juga berakhir. Orang yang memahami siklus ini, akan tahu apa yang akan dilakukan ketika krisis datang, ketika kemakmuran datang, ketika ketidakpastian datang.
Ada cerita menarik untuk krisis dengan wajah modern dari seorang guru spiritual, 'Ajahn Brahm', yang sekarang tinggal di Australia yang ditulis dalam salah satu cerita di bukuanya 'Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!' (mohon tidak dianggap sebagai promosi bukunya...). Berikut sepenggal cerita dari si guru [1]:
Belajar Berhenti
Mengenal krisis keuangan global yang menimpa dunia, saya sering memberikan sebuah kiasan kecil yang saya sampaikan ke banyak orang di Singapura. Saya mengatakan bahwa krisis itu seperti musim dingin ekonomi.
Mereka yang lahir di belahan bumi utara mengalami langsung musim dingin. Seperti yang saya ingat mengenai musim dingin di Inggris, jika Anda pergi ke luar kota, Anda tidak akan melihat sehelai daun pun di pohon. Bunga-bunganya mati. Segalanya tampak tak bernyawa. Bahkan hewan-hewan bersembunyi di liang bawah tanah, tidur panjang pada musim dingin. Di luar London, segalanya kelabu, pohon-pohon tampak seperti tengkorak. Tidak ada yang hidup, tidak ada harapan, segalanya dingin, mati, dalam pemandangan musim dingin yang kelabu.
Sama halnya pula dengan krisis ekonomi. Tapi Anda tahu, di bawah tanah itu ada banyak benih, juga hewan-hewan yang hidup, kuat, yang menunggu. Menunggu waktunya bagi kehangatan tiba, menunggu datangnya hujan, untuk berkecambah, dan ketika musim semi datang, mendadak seluruh lanskap meletup dengan kehidupan, dengan warna hijau, dan hewan-hewan ini mulai berlompatan keluar dan berkembang biak. Apa yang tadinya tampak mati, tidak ada harapan, dingin, dan layu, kini penuh energi dan hidup, indah dan berwarna-warni. Selalu demikianlah adanya. Apa pun yang terjadi dalam hidup, inilah siklus yang terjadi, demikian pula dengan krisis ekonomi. Ini seperti musim dingin, dan Anda tahu bahwa musim dingin selalu diikuti musim semi.
Namun, kita melupakan hal ini. Kita sungguh mudah menjadi murung pada musim dingin. tetapi bagi Anda yang memiliki lebih banyak pengalaman, Anda bisa melihat sebuah jeda yang indah pada musim dingin, jeda atau penghentian kehidupan kita. Jeda saat orang-orang dipaksa melihat sesuatu yang lebih penting daripada aktivitas ekonomi, dan mengingatkan kita bahwa seperti pada musim dingin, Anda bisa berhenti, hening, dan damai. Tidak banyak yang bergerak, sehingga Anda melihat keindahan di pepohonan yang mati, di bentangan pemandangan, di keheningan, serta kehidupan di dalamnya, lalu Anda tahu bahwa ini hanyalah salah satu bagian dari roda kehidupan. Saat itu Anda mengetahui bahwa bagian dari siklus kehidupan kita berupa krisis ekonomi, kanker, kematian, menikah, bercerai, mendapat anak, dan segala macam hal.
Namun, kita melupakan hal ini. Kita sungguh mudah menjadi murung pada musim dingin. tetapi bagi Anda yang memiliki lebih banyak pengalaman, Anda bisa melihat sebuah jeda yang indah pada musim dingin, jeda atau penghentian kehidupan kita. Jeda saat orang-orang dipaksa melihat sesuatu yang lebih penting daripada aktivitas ekonomi, dan mengingatkan kita bahwa seperti pada musim dingin, Anda bisa berhenti, hening, dan damai. Tidak banyak yang bergerak, sehingga Anda melihat keindahan di pepohonan yang mati, di bentangan pemandangan, di keheningan, serta kehidupan di dalamnya, lalu Anda tahu bahwa ini hanyalah salah satu bagian dari roda kehidupan. Saat itu Anda mengetahui bahwa bagian dari siklus kehidupan kita berupa krisis ekonomi, kanker, kematian, menikah, bercerai, mendapat anak, dan segala macam hal.
Jadi saat musim dingin, ketauhilah bahwa musim dingin akan segera datang. Anda tahu itu, tetapi janganlah melupakannya. Inilah sisi positif kehidupan, dan makin Anda melihatnya, makin Anda hening dan damai. Jadi nikmatilah dan santailah, jangan selalu pergi ke sana kemari, berlari sepanjang waktu, tapi lambatkanlah kecepatan Anda, untuk mengingatkan kembali diri Anda, memusatkan diri Anda. Itulah meditasi -- belajar cara untuk berhenti.
referensi:
[1]. Brahm, A., 2012. Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!, hal 78-79. Awareness Publication.
referensi:
[1]. Brahm, A., 2012. Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!, hal 78-79. Awareness Publication.
Seorang Nelayan Sedang Menikmati Kehidupan dan Kedamaian di Atas Perahu di Gili Trawangan Lombok |
Comments
Ayo Coba Slot => Demo SCOPA <=
Jika terdapat kendala dalam akses link, silahkan hubungi kami :
Kontak WA: 087785425244
Cs 24 Jam Online