Satu hari menjelang perang akbar bharatayudha, Arjuna yang mewakili Pandawa dan Duryodona yang mewakili Korawa, secara kebetulan datang hampir bersamaan ke Sri Khrisna di kerajaan Dwaraka untuk melobinya supaya bergabung ke kubu koalisi mereka.
Sri Krishna yang teramat bijaksana dan sangat adil dan merupakan sahabat semua keluarga Dinasti Hastinapura mempersilahkan mereka untuk memilih: 1) Memilih dirinya seorang diri sebagai raja, dan 2) Memilih seluruh pasukan kerajaannya.
Dengan catatan: bahwa Sri Krishna tidak akan berperang secara langsung (hanya menjadi kusir saja).
Entah bagaimana dialog batin di sisi Arjuna maupun Duryodona, hasilnya adalah Arjuna memilih 'Krishna seorang diri' untuk bergabung ke kubu koalisinya dan mengesampingkan seluruh pasukan kerajaan Dwaraka yang sangat terkenal handal dalam berperang. Sementara Duryodana sangat 'happy' dengan pilihan Arjuna, karena dia akan mendapatkan koalisi 'gemuk' dengan bergabungnya pasukan Kerajaan Dwaraka.
Tetapi yang jelas Arjuna 'tahu persis' dengan pilihannya dan 100% yakin tidak keliru. Hasil akhir koalisi itu menghasilkan 9000 pasukan di kubu Pandawa dan 16000 di kubu Korawa (hampir dua kali lipat). Lima komandan perang melawan seratus plus 3 ksatria maha sakti dan tak terkalahkan semasa mudanya (Bhisma, Guru Dorna, dan Adipati Karna, anak sulung Pandawa yang membelot ke Korawa).
Kubu koalisi kurus-vs-koalisi gemuk.
Perang berhari-hari, berbulan-bulan.
Lobi kedua kubu ke Sri Krishna salah satu momen terakhir pra-perang sebagai salah faktor yang paling menentukan. Sri Krishna, diyakini Arjuna sebagai representasi kepribadian, 'Tuhan', 'rakyat', 'raja kebijaksanaan', dsb, sementara Duryodona tertipu oleh mata telanjangnya karena melihat pasukan Dwaraka yang sangat besar. Yang penting pasukan banyak dan koalisinya 'gemuk'.
Hasilnya si kurus mengalahkan si gemuk...
(para ahli tafsir akan membaca: si-benar mengalahkan si-tidak-benar)
Jangan lupa...si penasehat politik yang sangat haus kekuasaan, 'si Sengkuni', ada di pihak Korawa...;)
~pikiran ngelantur yang sedikit serius di sela-sela sibuknya lobi-lobi koalisi, karena si 'rihit sitimpil' ngga ada...~
Sri Krishna yang teramat bijaksana dan sangat adil dan merupakan sahabat semua keluarga Dinasti Hastinapura mempersilahkan mereka untuk memilih: 1) Memilih dirinya seorang diri sebagai raja, dan 2) Memilih seluruh pasukan kerajaannya.
Dengan catatan: bahwa Sri Krishna tidak akan berperang secara langsung (hanya menjadi kusir saja).
Entah bagaimana dialog batin di sisi Arjuna maupun Duryodona, hasilnya adalah Arjuna memilih 'Krishna seorang diri' untuk bergabung ke kubu koalisinya dan mengesampingkan seluruh pasukan kerajaan Dwaraka yang sangat terkenal handal dalam berperang. Sementara Duryodana sangat 'happy' dengan pilihan Arjuna, karena dia akan mendapatkan koalisi 'gemuk' dengan bergabungnya pasukan Kerajaan Dwaraka.
Tetapi yang jelas Arjuna 'tahu persis' dengan pilihannya dan 100% yakin tidak keliru. Hasil akhir koalisi itu menghasilkan 9000 pasukan di kubu Pandawa dan 16000 di kubu Korawa (hampir dua kali lipat). Lima komandan perang melawan seratus plus 3 ksatria maha sakti dan tak terkalahkan semasa mudanya (Bhisma, Guru Dorna, dan Adipati Karna, anak sulung Pandawa yang membelot ke Korawa).
Kubu koalisi kurus-vs-koalisi gemuk.
Perang berhari-hari, berbulan-bulan.
Lobi kedua kubu ke Sri Krishna salah satu momen terakhir pra-perang sebagai salah faktor yang paling menentukan. Sri Krishna, diyakini Arjuna sebagai representasi kepribadian, 'Tuhan', 'rakyat', 'raja kebijaksanaan', dsb, sementara Duryodona tertipu oleh mata telanjangnya karena melihat pasukan Dwaraka yang sangat besar. Yang penting pasukan banyak dan koalisinya 'gemuk'.
Hasilnya si kurus mengalahkan si gemuk...
(para ahli tafsir akan membaca: si-benar mengalahkan si-tidak-benar)
Jangan lupa...si penasehat politik yang sangat haus kekuasaan, 'si Sengkuni', ada di pihak Korawa...;)
~pikiran ngelantur yang sedikit serius di sela-sela sibuknya lobi-lobi koalisi, karena si 'rihit sitimpil' ngga ada...~
Comments