Bung apa ini tentang pilkada?
Oh bukan friends. Ini tentang cermin.
Beberapa teman lama memang sering bertanya, ngga nulis lagi tentang pilkada? Mau nyoblos siapa? Siapa yang akan menang di pilkada?
Terus bagaimana bung?
Biarkanlah pilkada berjalan apa adanya.
Kita bicara yang lain saja.
Baiklah bung. Tentang apa?
Tentang cermin.
Ini cuma cerita yang saya teruskan lagi kepadamu friends. Bukan cerita buatan saya.
Ah okelah bung. Sudah lama tidak dengar cerita sampeyan...
Begini ceritanya friends...
Di suatu hotel berbintang, entah bintang berapa, ada masalah dengan kecepatan lift mereka. Banyak sekali komplain mengenai lift yang berjalan lambat ini.
Berbagai macam solusi untuk mengurangi komplain sudah dilakukan dengan cara menambah operator, meningkatkan performa teknis lift, mengakali goyangan lift, dan sebagainya. Tetapi tetap saja tidak berhasil. Tetap saja ada komplain.
Akhirnya setelah benar-benar mengamati secara lebih mendalam, manajemen menyimpulkan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah bukan masalah tentang 'actual waiting time' alias waktu tunggu yang sebenarnya. Tetapi ini adalah masalah tentang 'perceived waiting time' alias waktu tunggu psikologis yang dirasakan para pengguna lift itu, friends.
Terus bagaimana bung?
Akhirnya solusi yang diambil manajemen adalah dengan memasang cermin yang menutupi pintu lift secara penuh, friends.
Terus apa yang terjadi bung?
Para penumpang wanita sering berkaca melihat diri mereka sendiri di cermin itu dan kemudian mendandani penampilan mereka.
Sedangkan para lelaki akan melihat dan menikmati penampilan para wanita itu di cermin.
Sebelum mereka menyadari itu semua, lift sudah berjalan dan selesai bekerja.
Komplain hilang. Masalah selesai.
Itulah pentingnya cermin friends. Bisa mempercepat waktu!
Kenapa bisa begitu bung?
Karena orang yang bercermin tidak terasa kalau mereka sedang happy. Orang happy tidak akan merasakan kalau waktunya terus berjalan. Mereka itu orang-orang yang sedang 'mini trans'.
Waktu akan terasa lebih cepat.
Begitu ya bung?
Itulah kenyataan yang terjadi!
Ini cerita lain tentang cermin friends.
Salah seorang petinggi kantor saya friends, bercerita tentang kehebatan fungsi 'call center' di salah satu kantor perusahaan yang paling ternama di negeri ini.
Ada seribu karyawan 'call center', friends. Itu baru karyawan bagian 'call center' saja.
Bayangkan saja sendiri betapa besarnya perusahaan itu.
Cerita-cerita di balik kehebatan dan kedahsyatan bagian 'call center' perusahaan ini terus mengalir. Entah itu servicenya yang excellent kepada para konsumen, entah itu dari kesigapan para karyawan-karyawan itu, entah dari training-training yang diberikan manajemen, para manager yang hebat, strategi yang sesuai, proses pemilihan dan seleksi karyawannya yang ketat, dan macam-macam lah. Pokoknya daftar kehebatan bagian 'call center' ini begitu bejibun.
Memang harus diakui 'call center' perusahaan ini adalah 'the best' di negeri ini.
Terus apa hubungannya dengan cermin bung?
Diantara cerita mengenai bejibunnya kehebatan bagian 'call center' itu, ada bagian kecil yang mengejutkan saya friends.
Apa itu bung?
Cermin!
Kok bisa?
Konon ceritanya begini bung:
Manajemen perusahaan itu sadar betul kalau karyawan 'call center' pasti selalu menerima telpon yang isinya komplain melulu dari para pelanggannya.
Bisa sampeyan bayangkan kan friends, kalau orang selalu menerima komplain setiap hari, setiap jam bahkan setiap menit. Apa ngga stres mereka itu friends?
Kalau mereka stress, apa mereka masih bisa tetap ramah kalau menjawab telepon komplain dari pelanggan?
Kalau mereka stress, apakah mereka masih bisa tersenyum, friends?
Ya pasti susah bung. Orang stress kok diminta tersenyum.
Tepat itu friends...
Makanya manajemen memasang cermin di setiap meja para karyawan 'call center' itu.
Oh ya?
Ya!
Setiap karyawan, yang sedang menerima telpon atau tidak, pasti bercermin di cermin itu friends.
Dan kalau mereka bercermin, pasti mereka tersenyum friends. Orang kan tidak suka melihat diri mereka sendiri di cermin cemberut.
Dan kalau mereka tersenyum, itu akan membuat mereka tetap ramah ke pelanggan meskipun mereka mendapatkan komplain.
Simpel bukan untuk membuat karyawan tetap happy?
Iya bung...
Begitulah cerita unik tentang cermin, friends.
Ternyata cermin itu sangat sakti. Sangat ampuh, friends, untuk mengubah suasana menjengkelkan menjadi menyenangkan.
Ah cerita yang menarik bung.
Baiklah, terima kasih bung.
Besok saya akan mengusulkan cermin di semua meja karyawan. Saya akan bilang ke bos: ternyata Cermin itu penting, bos...
Artikel terkait yang mungkin Anda tertarik membacanya:
Oh bukan friends. Ini tentang cermin.
Beberapa teman lama memang sering bertanya, ngga nulis lagi tentang pilkada? Mau nyoblos siapa? Siapa yang akan menang di pilkada?
Terus bagaimana bung?
Biarkanlah pilkada berjalan apa adanya.
Kita bicara yang lain saja.
Baiklah bung. Tentang apa?
Tentang cermin.
Ini cuma cerita yang saya teruskan lagi kepadamu friends. Bukan cerita buatan saya.
Ah okelah bung. Sudah lama tidak dengar cerita sampeyan...
Begini ceritanya friends...
Di suatu hotel berbintang, entah bintang berapa, ada masalah dengan kecepatan lift mereka. Banyak sekali komplain mengenai lift yang berjalan lambat ini.
Berbagai macam solusi untuk mengurangi komplain sudah dilakukan dengan cara menambah operator, meningkatkan performa teknis lift, mengakali goyangan lift, dan sebagainya. Tetapi tetap saja tidak berhasil. Tetap saja ada komplain.
Akhirnya setelah benar-benar mengamati secara lebih mendalam, manajemen menyimpulkan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah bukan masalah tentang 'actual waiting time' alias waktu tunggu yang sebenarnya. Tetapi ini adalah masalah tentang 'perceived waiting time' alias waktu tunggu psikologis yang dirasakan para pengguna lift itu, friends.
Terus bagaimana bung?
Akhirnya solusi yang diambil manajemen adalah dengan memasang cermin yang menutupi pintu lift secara penuh, friends.
Terus apa yang terjadi bung?
Para penumpang wanita sering berkaca melihat diri mereka sendiri di cermin itu dan kemudian mendandani penampilan mereka.
Sedangkan para lelaki akan melihat dan menikmati penampilan para wanita itu di cermin.
Sebelum mereka menyadari itu semua, lift sudah berjalan dan selesai bekerja.
Komplain hilang. Masalah selesai.
Itulah pentingnya cermin friends. Bisa mempercepat waktu!
Kenapa bisa begitu bung?
Karena orang yang bercermin tidak terasa kalau mereka sedang happy. Orang happy tidak akan merasakan kalau waktunya terus berjalan. Mereka itu orang-orang yang sedang 'mini trans'.
Waktu akan terasa lebih cepat.
Begitu ya bung?
Itulah kenyataan yang terjadi!
Ini cerita lain tentang cermin friends.
Salah seorang petinggi kantor saya friends, bercerita tentang kehebatan fungsi 'call center' di salah satu kantor perusahaan yang paling ternama di negeri ini.
Ada seribu karyawan 'call center', friends. Itu baru karyawan bagian 'call center' saja.
Bayangkan saja sendiri betapa besarnya perusahaan itu.
Cerita-cerita di balik kehebatan dan kedahsyatan bagian 'call center' perusahaan ini terus mengalir. Entah itu servicenya yang excellent kepada para konsumen, entah itu dari kesigapan para karyawan-karyawan itu, entah dari training-training yang diberikan manajemen, para manager yang hebat, strategi yang sesuai, proses pemilihan dan seleksi karyawannya yang ketat, dan macam-macam lah. Pokoknya daftar kehebatan bagian 'call center' ini begitu bejibun.
Memang harus diakui 'call center' perusahaan ini adalah 'the best' di negeri ini.
Terus apa hubungannya dengan cermin bung?
Diantara cerita mengenai bejibunnya kehebatan bagian 'call center' itu, ada bagian kecil yang mengejutkan saya friends.
Apa itu bung?
Cermin!
Kok bisa?
Konon ceritanya begini bung:
Manajemen perusahaan itu sadar betul kalau karyawan 'call center' pasti selalu menerima telpon yang isinya komplain melulu dari para pelanggannya.
Bisa sampeyan bayangkan kan friends, kalau orang selalu menerima komplain setiap hari, setiap jam bahkan setiap menit. Apa ngga stres mereka itu friends?
Kalau mereka stress, apa mereka masih bisa tetap ramah kalau menjawab telepon komplain dari pelanggan?
Kalau mereka stress, apakah mereka masih bisa tersenyum, friends?
Ya pasti susah bung. Orang stress kok diminta tersenyum.
Tepat itu friends...
Makanya manajemen memasang cermin di setiap meja para karyawan 'call center' itu.
Oh ya?
Ya!
Setiap karyawan, yang sedang menerima telpon atau tidak, pasti bercermin di cermin itu friends.
Dan kalau mereka bercermin, pasti mereka tersenyum friends. Orang kan tidak suka melihat diri mereka sendiri di cermin cemberut.
Dan kalau mereka tersenyum, itu akan membuat mereka tetap ramah ke pelanggan meskipun mereka mendapatkan komplain.
Simpel bukan untuk membuat karyawan tetap happy?
Iya bung...
Begitulah cerita unik tentang cermin, friends.
Ternyata cermin itu sangat sakti. Sangat ampuh, friends, untuk mengubah suasana menjengkelkan menjadi menyenangkan.
Ah cerita yang menarik bung.
Baiklah, terima kasih bung.
Besok saya akan mengusulkan cermin di semua meja karyawan. Saya akan bilang ke bos: ternyata Cermin itu penting, bos...
Artikel terkait yang mungkin Anda tertarik membacanya:
Elephant Show - Taman Safari 2 - Pandaan Jatim |
Comments