Selamat Idul Fitri 1433 H

Frens...selamat lebaran. Selamat Idul Fitri. Minal Aidin Wal Faizin. Mohon maaf lahir dan batin.
Iya. Sama-sama bung. Mohon maaf lahir dan batin juga. Sudah lama sampeyan tidak muncul.
Ya begitulah. Waktu memang harus di bagi-bagi. Seperti uang juga. Di dapatkan, dipake, sekaligus di bagi-bagi. Time is money, frens. Ini pepatah sepanjang segala abad.


Kembali ke idul fitri frens. Ritual 'kegilaan yang kudus' lain yang menyatu dengan ritual puasamu. Satu paket kegilaan yang kudus.

Tunggu dulu bung... Kalau puasa kemarin sampeyan bilang 'kegilaan yang kudus', itu bisa dimegerti. Sampeyan sudah menjelaskan. Menahan lapar. Menahan bicara buruk. Menahan pikiran buruk. Itu memang sulit. Tingkat dewa, bung bilang.

Kalau lebaran? Apanya yang gila & kudus bung?
Gilanya, frens, dan sekaligus kudusnya, ritual maaf-memaafkan mu itu dilakukan dengan semangat yang tinggi. Antusiasme yang tinggi. Jutaan orang mudik dengan semangat untuk minta maaf. Jutaan orang frens! Ini eksodus! Hanya untuk saling memaafkan. Kembali ke fitrah. Semangat yang tidak masuk akal, tapi itu faktanya. Gila & kudus bukan? Ini praktik saling memaafkan tingkat dewa juga frens. Di dunia belahan lain belum ada cerita tentang ritual yang dilakukan dengan semangat yang tinggi seperti ini frens. Saya juga belum pernah mendengar cerita di dunia yang lain lagi, yang jauh lebih jauh dan di luar indra kita, antah berantah, sebut saja surga & neraka,  ada ritual ajaib dan unik seperti ini.

Lebih gila lagi frens. Lebaranmu itu juga milik semua agama. Kalau kamu tahu, frens, yang mudik itu juga banyak orang kristen, katolik, budha, mungkin hindu, mungkin juga yang lain-lain. Tidak ada agama bagi pemudik. Yang maaf-memaafkan? Sama saja. Lihat saja, mereka seperti tak melihat agamanya sendiri-sendiri. Semua seragam: Mohon maaf lahir dan batin. Ritual semua agama.

Cerita seremoni di kampung saya frens, dan kampung-kampung lainnya pasti juga ada, sangat unik. Banyak orang-orang non-muslim juga sibuk menyiapkan kue-kue lebaran untuk tamu-tamu mereka. Anak-anak kecil, sesudah sholat ied, juga bertamu tidak peduli apa agama tuan rumah. Mereka bertamu saja. Mencicipi kue-kue kecil-kecil. Mendapat uang recehan. Terus pulang, dan keliling lagi ke tetangga yang lain. Bahagia sekali mereka. Bahagia yang alami. Dan begitulah ritual kombinasi 'gila & kudus' ini. Yang tua-tua keliling ke tetangga untuk saling memaafkan. Juga dengan wajah berseri-seri dan bahagia. Alami.  Dan begitulah ritual tahunan itu.

Sepertinya ini bukan ritual agama frens. Ini ritual nasional. Semua orang terlibat, tanpa melihat agama. Bahkan mereka lupa apa agamanya. Yang penting happy.  Enjoy forgiving one another. Enjoy meeting with old friends, relatives, siblings, etc. Enjoy 'makanan ketupat lebaran'. Enjoy The Blessed Idul Fitri.

Ya...ya...ya....bung. Di kampung-kampung saya juga begitu.

Begitulah frens....Benar juga kata si darwis suci dari Turki itu, Jalaluddin Rumi, ~para ahli teologi dan mistikus muslim lain menyebutnya sebagai 'a lover of God'~, yang suatu kali mengatakan, "Ada begitu banyak bahasa di dunia, yang memiliki arti yang sama. Bila kita memecahkan cangkir-cangkir itu, air akan menyatu dan mengalir bersama-sama".

Minal Aidin Wal Faizin. Mohon maaf lahir & batin sekali lagi frens.

Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218