Skip to main content

Seandainya Tuhan Ikut Pilkada Jakarta

Tanggal 11 Juli 2012, Pilkada Gubernur DKI Jakarta. Siapapun yang akan jadi gubernur, tak  satu orang pun percaya bahwa gubernur terpilih nantinya bisa menyelesaikan masalah jakarta: kemacetan, banjir, kemiskinan, frekwensi kebakaran yang meningkat, kejahatan, pendidikan, kesehatan, korupsi,…,…,dll.

Tidak usah terlalu banyak bicara masalah di Jakarta. Cukup fokus dua saja: kemacetan dan banjir. Ada yang bisa menjamin kemacetan dan banjir menghilang dari Jakarta? Tak satu orang pun, my friends, akan manggut-manggut bilang iya saya akan jamin…
Dan tak ada orang yang percaya kalau gubernur terpilih nantinya bisa menyelesaikan masalah itu.


Ini masalah yang tak bisa terselesaikan oleh manusia friends! Sayangnya Tuhan tidak bisa ikut serta pilkada ini. Kalau ada Tuhan pasti terpilih bukan? Dan masalah bisa selesai…?

Lho…, itu katanya ada calon gubernur yang berani berjanji bisa selesai dalam 3 tahun atau berapa tahun itu….?
Ah, itu sudah biasa…kalau pengamat pemilu berkomentar vulgar dan tanpa sungkan-sungkan, dia akan bilang, itu cuma calon gubernur amatiran yang mengumbar janji-janji kosong. Dan jangan lupa, kalau rakyat mudah percaya itu berarti rakyat amatiran. Maksudnya amatiran secara politis…

Oh baiklah. Kalau gubernur inkumben bagaimana? Kan sudah berpengalaman mengelola jakarta? Iya tentu saja.  Berpengalaman gagal mengurangi kemacetan dan banjir. Sekaligus berpengalaman mengubah banjir menjadi hanya genangan saja. Genangan memang cuma 1 meter. Tetapi itu 1 meter dari atap rumah.

Kalau calon gubernur independen yang akademisi itu, profesional? Apakah masih kurang okay juga?
Yang ini lumayan boleh lah. Paling tidak dia bukan amatir. Dia profesional. Tetapi sebagai akademisi.
Sebagai gubernur? Konon semua akademisi dan cerdik cendikia lainnya yang beralih profesi menjadi politisi, belum satu pun yang mencatatkan profesionalismenya sebagai politisi. Dan masih konon juga, koruptor-koruptor itu punya histori background akademisi. Jadi jangan buru-buru percaya kalau gelar profesionalisme kita sebagai rakyat mau tercabut dengan cepat. Apalagi ini kan masalah Macet. Banjir. Apa bisa diselesaikan olehnya? Dia hobinya kan baca buku dan artikel-artikel ilmiah.
Kecepatan masalah yang datang dan kecepatan solusinya tidak sebanding bung! Seperti pepatah lama, besar pasak daripada tiang. Pemasukan masalah lebih besar daripada pengeluaran solusi.

Kalau calon independen yang satunya itu?
Wah belum ada catatan prestasi yang menonjol. Entah mengapa dia cukup konfiden untuk maju ke pilkada ini. Aku tanya teman di kiri kanan, tak satu pun yang pernah menyebut namanya untuk dipilih. Jadi kalo ada yang milih kemungkinan besar itu meleset pakunya ketika nyoblos…!

Kalau si mantan ketua MPR itu?
Ya catatan nya lumayan bagus. Waktu jadi ketua MPR lumayan okay. Orangnya juga cerdas. Ahli masalah komunikasi dan hubungan antar-agama. Bersih & tegas seperti si akademisi. Tetapi, lagi-lagi, ini kan bukan masalah agama, bukan masalah pintar ngomong. Pintar ceramah tidak cukup, friends. Bersih dari korupsi juga tidak cukup. Ini masalah kemacetan dan banjir friends.
Buntu lagi kan? Kampanyenya juga belum menjelaskan strategy atau taktik apa yang kira-kira ‘blue-ocean’ untuk memecahkan problem kemacetan dan banjir.

Kalo yang gemar pakai baju kotak-kotak itu?
Nah, ini memang agak unik. Tidak pintar ngomong kelihatannya, tapi banyak kerja. Tampangnya juga agak lucu tapi tersimpan ketegasan yang tinggi. Tidak kelihatan pintar tetapi mikir terus dan banyak terobosan-terobosan. Dia termasuk orang hebat. Sukses besar ketika jadi walikota. Malah salah satu walikota terbaik di dunia. Prestasi ini benar-benar kelas dewa untuk Indonesia. Sayangnya, kelas dewa juga masih belum bisa lah kalau menghentikan kemacetan dan mengurangi banjir di Jakarta.
Kalau mengatasi masalah demo-demo, ya okelah. Menciptakan pasar-pasar tradisional? Ya okelah. Dia well-proven. Macet & banjir? I doubt it!

Jadi tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah kemacetan dan banjir?
Sejujurnya tidak ada!

Lalu buat apa kita milih-milih gubernur?
Pesta demokrasi friends!

Tentang macet dan banjir?
Forget it lah. Biarlah masalah itu mengalir seperti air.
Dan kita tinggal berenang-renang terbawa air itu. Enjoy today…&…think tomorrow,friends..

Baiklah.
Wait…wait…one more question.
Seandainya tadi Tuhan bisa ikut pilkada dan menang. Apa kira-kira solusi-Nya?
Very easy! Percepat teknologi supaya orang bekerja dari rumah dan tidak perlu mengalami kemacetan di jalan.

source: http://diansano.story.kontan.co.id/2012/07/06/7/

Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Lihatlah ke langit. Kau tidak akan pernah melihat pelangi. Jika kau menatap kebawah ~Charlie Chaplin~ Di jaman sekarang, hidup terasa berjalan sangat cepat dan kompleks. Pekembangan teknologi yang semakin lama semakin cepat mendorong perubahan banyak hal bagi manusia dalam menjalani hidup. Di dalam pekerjaan, di dalam pendidikan, dalam komunikasi satu sama lain, dalam berbagi informasi di media sosial, dalam menjalin relasi satu sama lain baik secara nyata maupun virtual, dan sebagainya, semuanya bergerak menjadi semakin kompleks. Orang menjadi mudah hanyut dalam kerumitan berbagi informasi yang menyesatkan di media sosial. Yang lain lagi, banyak orang juga menjadi mudah cemas, khawatir, dan takut karena banyaknya kepalsuan hubungan antar manusia, penyesatan informasi, penurunan moral, penurunan cara komunikasi dan sopan santun. Pejabat dan politisi banyak yang korupsi dan menyalahgunakan wewenang. Anak-anak muda banyak membuat kerusuhan. Narkoba merajalela. Terorisme tum...

Surat Kartini Kepada Stella Zeehandelaar

“Pada awalnya Anda makan opium, tetapi pada akhirnya opium itu akan memakanmu.” ~dicuplik dari Surat Kartini Kepada Stella Zeehandelaar~ --o0o-- Untuk: Stella Zeehalendaar Japara, 25 May 1899 Saya merindukan untuk berkenalan dengan seorang “gadis modern,” gadis yang bangga, merdeka, yang merebut sympathi saya. Gadis yang bahagia dan mandiri, melangkah dengan ringan dan penuh waspada dalam kehidupannya, penuh dengan antusiasme dan perasaan yang hangat, pekerjaannya bukan hanya untuk kesejahtaraannya sendiri, tetapi untuk kebaikan seluruh umat manusia. Saya berseri-seri dengan antusiasme terhadap era baru yang telah datang, dan benar-benar dapat mengatakan bahwa dalam pikiran dan simpati saya Saya bukan milik dunia Hindia, tetapi milik saudara saudara perempuan saya yang putih yang berjuang untuk maju jauh di Barat.  Jika hukum negeri saya mengijinkan, tidak ada yang saya ingin lakukan selain memberikan diri sepenuhnya kepada usaha dan perjuan...

Maktub - Itu Sudah Tertulis

Maktub: artinya, sudah tertulis. Ini adalah salah satu misteri paradox terbesar dalam kehidupan manusia. Untuk memahaminya kita perlu memahami "sifat dasar waktu". Ada banyak misteri tersembunyi dalam konsep tentang "waktu".