Senja di Kotamu (Renata) - 2

Langit kelabu masih basah oleh sisa hujan, kau diam dibawah lengkung ranting cemara yang menukik sejajar ujung kepala. Kuyup dan kedinginan. Rambutmu basah….kemejamu basah…ransel yang masih tergantung dibahu kirimu pun ikut basah.

Kakimu tak beranjak meski selangkah. Rasanya disitulah sudut paling pas untukmu mengamati dia. Kau memandang lurus kedepan, kearah rumah tua diujung tikungan jalan tak jauh dari tempatmu berdiri. Menangkap sesosok mungil dalam siluet yang indah.


Panggil dia………biarkan dia tau kau ada………

Siluet itu bergerak.
Tersenyum….
Anggun…………………...hatimu meleleh tapi perih…
Dia tertawa lepas, bergelayut manja disesosok tubuh disampingnya.
Jantungmu berdegup kencang, sakit……………seperti berdarah.

Panggil dia………biarkan dia tau kau ada disana………

Tubuhmu kaku.
Tak mampu bergerak…meski bergeser satu inci pun kau tak sanggup.
Kau masih menatap nanar pada siluet itu.
Mendadak hatimu menggigil, ingin pergi, ingin lari……
Tapi kakimu seperti terkunci.

Renata………Cinta ini terlalu tua bagi hatiku………
Dan terlalu mahal untuk kuabaikan begitu saja…

Siluet indah itu kembali bergerak.
Ada tangan lain melingkar dibahunya…merengkuhnya hangat.
Bersisian.
Bergerak menjauh darimu…
Cinta itu menyilaukan pandanganmu..
Meski diantara deras gerimis.

Kau ingin menangis……..cintamu kini sebatas punggung..
Hanya mampu kau gapai sebatas punggungnya saja, hanya bisa kau hayati bayangannya..
Tanpa sanggup kau miliki keutuhannya.
Kau kini harus mengerti….Isyarat yang sanggup kau rasa tanpa perlu kau sentuh..
Cinta yang mengudara tanpa perlu kau berbahasa.

R e n a t a……………

Kini tinggallah sesosok kau saja.
Pandangan matamu menyebar keseluruh bentangan langit…
Cuma arakan awan mendung. Warna kelabu, biru dan ungu…dan kau yang diam termangu, bisu.

Cinta menahun yang berubah jadi kupu-kupu..cintamu yang menua dalam kebungkaman.

Inilah aku…yang terlalu mencintai dengan caraku sendiri…

~thx deasy maya for licensing this note~
ur work is always great

Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218