Gunungan

Gunungan itu selalu ada dikepala sejak dulu. Tak pernah bermakna apapun. Dia tidak memberi penghiburan. Namun juga tidak terlalu mengganggu. Dia hanya tinggal begitu saja dipikiran sejak pertama kali melihatnya. Aneh. Magis. Gunungan itu segitiga sama sisi. Zahir, istilah Paulo Coelho, adalah sesuatu yang diam dan tinggal di pikiranmu sejak engkau pertama kali melihat atau menyentuhnya. Gunungan itu mungkin mirip Zahir.

Hingga suatu saat Gunungan itu memberitahukan tentang dirinya.
Puncak ketinggiannya itu adalah Tuhan. Perjalanan hidup manusia adalah perjalanan garis tengah segitiga dari dasar menuju ke puncak ketinggian itu. Perjalanan hidup manusia adalah perjalanan mistis. Peziarahan spiritual. Penuh dengan keajaiban. Penuh dengan mukjizat. Sayang sekali, manusia seringkali melupakannya. Bahkan mengabaikannya.

Sisi kanan dan kiri adalah sayap kebaikan dan sayap kejahatan yang tinggal di dalam diri manusia sejak keberadaannya. Sayap-sayap itu adalah yang menuntun perjalanan manusia menuju ke ketinggian. Semuanya akan membentuk garis lurus bila terjaga dalam keseimbangannya. Perjalanan hidup manusia menuju puncak akan semakin cepat dan mudah bila keseimbangan garis-garis sayap itu terjaga dengan baik. Ingatlah akan hukum 'keseimbangan' ini. Niscaya hidup akan lebih mudah, damai, bahagia.

Bila salah satu sayap terluka akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada garis-garis yang lain. Perjalanan hidup manusia mengalami hambatan. Lebih sulit untuk ditempuh. Semakin lama menuju ke ketinggian. Bahkan bila rusak sangat parah, manusia mungkin saja gagal mencapai puncak.

Jagalah selalu sayap-sayap keseimbangan itu dalam dirimu. Yang baik dan yang jahat. Berhati-hatilah supaya tidak menimbulkan cacat di salah satu sayap itu. Meskipun sayap yang jahat akan selalu berusaha merusak keseimbangan itu untuk mempersulit, bahkan menggagalkan, perjalanan mistismu.

Ingatlah, bahwa jarakmu ke sayap yang baik dan sayap yang jahat adalah sama persis jauhnya, pun sama persis dekatnya. Semakin tinggi perjalananmu, semakin pendek jaraknya. Namun jarak sayap-sayap itu terhadap dirimu akan selalu tetap sama.

Rawatlah kesadaran yang ada dalam dirimu, bahwa sebaik-baiknya dirimu menampilkan wajahnya dalam kehidupan sehari-hari, engkau juga mempunyai potensi kejahatan yang sama besarnya dalam dirimu. Karena itu janganlah berbangga hati bila engkau menganggap dirimu baik. Sebab bisa saja engkau terperosok ke dalam kejahatan kapanpun. Sebaliknya, janganlah terlalu berputus asa bila engkau selalu memiliki kejahatan yang besar di dalam dirimu, karena engkau juga mempunyai potensi kebaikan yang sama besarnya di dalam dirimu. Sebab bisa saja engkau terbang ke dalam kebaikan kapanpun.

Entah kebaikan atau kejahatan yang engkau tampilkan, keduanya ada padamu. Bila salah satu memunculkan dirinya, yang lain akan menyembunyikan diri. Mereka bekerjasama secara otomatis sejak engkau lahir. Begitulah sayap-sayap segitiga gunungan itu. Engkau tidak bisa melenyapkan salah satu darinya. Karena merekalah yang mengantarkanmu ke ketinggian. Mengantarmu kepada Tuhan. Tanpa salah satu dari mereka engkau tidak akan mencapai puncak ketinggian. Hingga mereka meleburkan diri bersama dirimu di dalam puncak ketinggian. Di dalam Tuhan.

Begitupula dengan sesamamu manusia. Janganlah engkau terpukau dan kagum dengan para ulama, para imam, para penceramah agama, para spiritualis, para cendikia, para ahli kitab suci. Karena dibalik kebaikan yang mereka tampilkan, ada sayap kejahatan yang sama besarnya yang bisa muncul setiap saat.

Sebaliknya janganlah engkau terlalu khawatir dengan para penjahat, para pembunuh, para pencuri, para perampok, para penyamun. Karena dibalik kejahatan mereka ada sayap kebaikan yang sama kuatnya yang bisa muncul setiap saat.

Yang engkau perlukan adalah pengendalian diri. Dengan pengendalian diri engkau bisa mengatur sayap-sayap mana yang ingin engkau tunjukkan. Sayap mana yang ingin engkau sembunyikan. Tidak hanya untuk keseimbangan dalam jagad dirimu, tetapi supaya engkau juga turut ambil bagian dalam keseimbangan dunia. Jagad yang lebih besar dari jagad dirimu. Keseimbangan makro. Pengendalian diri adalah untuk menjinakkan dan mengendalikan sayap-sayap itu. Begitulah yang dilakukan oleh Tuhan. Tuhan sama sekali bukan Yang Maha-Baik. Karena bila Tuhan adalah Yang Maha Baik, berarti Dia juga Yang Maha-Jahat. Tuhan adalah Maha-Kuasa. Dan dengan Kemaha-Kuasaan-Nya, Dia sengaja memilih untuk menjalankan kebaikan. Menutup kejahatan.

Manusia tidak memiliki Kemaha-Kuasaan Tuhan. Tetapi Tuhan memberikan manusia anugerah 'pengendalian-diri'. Pengendalian-diri bisa digunakan manusia untuk mengatur  sayap mana yang ingin ditampilkan dan sayap mana yang ingin disembunyikan. Yang engkau perlukan hanyalah pengendalian-diri. Itu saja! Dan berlatihlah.





Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218