Hacker dan Keamanan TI

This article was published on seputar-indonesia daily (sindo sore / evening edition) on 2008-04-03

Minggu lalu,situs Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) www.depkominfo.go.id dan situs Partai Golkar www.golkar.or.id diubah tampilan halamannya (deface) oleh hacker.Situs Depkominfo di-deface pada Rabu (26/3) tepat sehari setelah pengesahan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Sementara situs Partai Golkar di-deface sehari setelahnya.Uniknya, selain meninggalkan pesan pada situs- situs yang di-deface tersebut, hackerjuga meninggalkan gambar pakar telematika Roy Suryo.Berbagai pertanyaan muncul dalam benak penulis ketika mencermati deface situs-situs tersebut.yang paling mengganggu mengenai situs tujuan hacker dan maksudnya melakukan hal tersebut.

Mengapa Hacking?
Para hacker sendiri sering membentuk suatu komunitas. Mereka juga saling berbagi skrip untuk dicoba keampuhannya dan saling memperbarui skrip-skrip buatan mereka.Komunitas hacker sendiri termasuk salah satu komunitas yang cukup besar meski mereka saling berkomunikasi dan berbagi teknik hacking satu sama lain dengan nama samaran,identitas yang tersembunyi, dan tidak saling mengenal satu sama lain di dunia nyata. Ada beberapa alasan mengapa suatu situs di-hack oleh hacker.Yang pertama,alasan potensi ekonomi. Hacker menyerang situs-situs yang mempunya potensi memberi keuntungan finansial baginya.Contoh situs yang pernah dikerjai dan membuat kehebohan adalah situs www.klik bca.comdan situs e-commerce seperti www.amazon.com di luar negeri.

Kedua,situs-situs yang dianggap menerapkan keamanan yang sangat tinggi memberikan tantangan bagi hacker untuk menjajal ilmunya,misalnya hacking situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu lalu. Bahkan,situs,seperti Yahoo, Google,dan Pentagon pernah mengecap aksi jahil para hacker ini.Bila hackermampu menaklukkan situssitus seperti ini,itu merupakan kebanggaan tersendiri di kalangan hacker. Ketiga,situs yang dianggap mempunyai jumlah pengunjung dan pengikut yang banyak juga menarik perhatian hacker.Keberhasilan menembus situs semacam ini akan meningkatkan popularitasnya di kalangan hacker karena efek pemberitaannya sangat luas.

Keempat,alasan politik.Untuk jenis ini,biasanya dipicu sentimen politik dan bisa melibatkan perang hacking antara kelompok-kelompok yang bertikai.Beberapa perang hacking pernah dialami hackerhackerPortugis, Indonesia,dan Timor- Timur.Yang paling heboh adalah cyber war dan saling deface situs-situs yang dimiliki pemerintah,organisasi, maupun perusahaan-perusahaan Indonesia dan Malaysia ketika mencuat kasus perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan. Pada kasus Depkominfo jelas sekali bahwa hackermeninggalkan pesan bahwa dialah orang yang berseberangan dengan pengesahan UU ITE.Untuk Partai Golkar,banyak teori yang bisa dipakai.Bisa jadi disebabkan sisa-sisa sentimen terhadap Partai Golkar di masa lalu yang belum hilang.Juga image Partai Golkar adalah partai yang besar,didukung dana yang kuat,yang tentu saja situsnya dianggap yang paling representatif untuk di-deface.Konsekuensinya adalah mempunyai efek pemberitaan yang tinggi.

Security Awareness
Peristiwa hacking situs-situs tersebut sudah seharusnya membuka mata pemerintah bahwa keamanan data dan informasi sangatlah penting. Berdasarkan pengalaman, hackerhanya membutuhkan waktu sehari untuk men-deface situs.Bagaimana kalau hackerdengan sengaja meluangkan hari-harinya untuk melumpuhkan suatu situs? Atau misalnya kalau hacker betul-betul berniat membobol sistem dan mencuri berbagai data-data penting? Hampir dipastikan kerugian yang sangat besar bisa dihasilkan.Problem besar siap menghadang bila kita tidak segera menyadari kebutuhan terhadap keamanan data dan informasi.

Masalahnya,bagaimana membangun kesadaran akan pentingnya data dan informasi dan membuat investasi untuk keamanan data tersebut? Ini bukanlah pekerjaan yang mudah untuk meyakinkan orang.Sebab, orang akan lebih mudah membayangkan kehilangan benda-benda,misalnya mobil,motor,laptop,tapi susah membayangkan kehilangan data dan informasi.Jadi,orang akan lebih mudah berpikir untuk membayar satpam,polisi,atau tentara daripada membayar orang untuk investasi di bidang keamanan data. Para ahli keamanan Teknologi Informasi (TI) harus selalu berlomba dengan para hackeruntuk mendapatkan teknik dan teknologi baru.

Tentu saja cara proteksi keamanan data tidak bisa berdiri sendiri pada aspek TI saja.Butuh sokongan dan keseriusan dari pemerintah.Para ahli keamanan TI juga harus bekerja sama dengan aparat kepolisian,dalam hal ini Divisi Cyber Crime Mabes Polri.Divisi itu sudah seharusnya tidak hanya menutup mata terhadap kehadiran berbagai macam bentuk lain kejahatan dunia maya tersebut, melainkan harus lebih ahli dan mampu berpacu dengan hacker. Kasus deface situs Depkominfo dan Partai Golkar sedang menunggu dan menguji kemampuan polisi kita.(*)

Post artikel terkait lainnya:

Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218