Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2010

Belajar Dari Pohon

"Perhatikan benih-benih pohon itu. Mereka tumbuh dan kelak akan menjadi pohon yang rindang. Daun dan rantingnya akan memayungi mereka yang berteduh di bawahnya. Buahnya akan menjadi makanan bagi mereka yang memetiknya. Pohon-pohon itu tidak membeda-bedakan orang-orang yang berteduh di bawahnya atau memetik buahnya. Kaum bangsawan atau kaum paria, orang baik atau orang jahat - tak ada bedanya.

Semua Ada Waktunya

Semua ada waktunya... omnia tempus habent.. . Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal; Ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; Ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; Ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa;

Jangan Lari, Nak!

Manusia tidak pernah puas. Kalau mereka punya sedikit, mereka ingin lebih. Kalau mereka punya banyak, mereka tetap ingin lebih. Begitu mereka punya lebih banyak, mereka berharap bisa bahagia dengan sedikit barang, tapi tidak mampu berusaha berubah. Apa karena mereka tidak mengerti betapa sederhananya kebahagiaan itu?

Mahaguru Sukra Tentang Kemarahan

"Sungguh mulia orang yang dengan sabar menerima caci maki. Orang yang dapat menahan amarah ibarat kusir yang mampu menaklukkan dan mengendalikan kuda liar. Orang yang dapat membuang amarah jauh-jauh seperti ular yang mengelupas kulitnya. Orang yang tidak gentar menerima siksaan akan berhasil mencapai cita-citanya. Seperti disebutkan dalam kitab-kitab suci, orang yang tidak marah lebih mulia daripada orang yang taat melakukan upacara sembahyang selama seratus tahun ." ~Mahaguru Sukra~

Kepedihan dan Cinta

"Aku ingin memahami kepedihan." "Kemarin kau mengalaminya dan mendapatkan fakta bahwa sensasi itu membawamu pada kenikmatan. Kau juga mengalaminya hari ini dan mendapatkan kedamaian. Itulah mengapa tadi aku wanti-wanti padamu: Jangan kaujadikan itu kebiasaan, karena kau akan mudah ketagihan; pengalaman tadi mirip candu yang kuat. Dia ada di dalam keseharian kita, di dalam penderitaan yang kita pendam dalam hati, pada setiap pengorbanan yang kita lakukan, dan kita cenderung menyalahkan cinta setiap kali impian-impian kita hancur berkeping.

Kesombongan

Nasrudin muncul di balairung istana dengan memakai turban indah untuk meminta sumbangan. "Kau datang ke sini minta sumbangan, tapi kau memakai turban yang sangat mahal. Berapa harga turban indah itu?" tanya Sultan. "Ini hadiah dari orang yang sangat kaya. Kalau tidak salah, harganya lima ratus koin emas," jawab Sufi bijak tersebut.