Penalaran Untuk Jokowi Effect: Petruk & Abimanyu vs Rakyat & Jokowi

Bung...coba berikan penalaran singkat mengapa Jokowi effect begitu dahsyat seperti tsunami. IHSG dalam sekejap menjulang tinggi, nilai tukar rupiah menguat paling kuat diantara saudara-saudara se-regional, rakyat bergumuruh di media sosial. Kenapa bisa begitu bung? Ini kan baru 'capres'? Belum 'pres'?

Belum 'pres' saja semua khalayak sudah 'heppy' ya frens...? Yah begitulah keadaan riil bangsa ini frens...seperti rusa yang haus mendambakan air, jiwanya rindu pada sesuatu yang menyegarkan..


Ya ok bung, mohon sedikit pencerahan bagaimana menjelaskan tsunami euforia yang berdampak di semua bidang kehidupan itu...

Sederhana saja frens...
Tahu kisah 'Petruk dadi ratu'? 

Tidak tahu bung...

Ok ini ada cuplikan saja beberapa inti dari penggalan-penggalan filosofisnya ya frens...

Siyap mendengarkan...bung!

Penggalan-penggalan filosofis dari dialog batin si 'Petruk' ketika tak berhasil menjadi 'Raja':

Jadi raja itu takkan bisa menjadi raja, kalau tidak dipangku kawula, rakyat jelata seperti saya ini", kata Petruk sambil memandang tanah datar di hadapannya. 

...

Wahyu itu tidak asal hinggap. Dia akan hinggap pada orang yang layak dihinggapi, dan orang yang layak itu haruslah orang yang dipangku Petruk, sang rakyat dan sang kawula ini. Maka setelah tahu, bahwa Petruklah yang memangku Abimanyu, wahyu itupun berhenti menitik dan ketiganya kembali kapada Abimanyu.

Hanyalah rakyat yang dapat membantu penguasa untuk menuliskan sejarahnya. "Maka seharusnya penguasa itu menghargai kawula. Penguasa itu harus berkorban demi kawula, tidak malah ngrayah uripe kawula (menjarah hidup rakyat).

...

"Dalam pewayangan pun ada penguasa yang tak dipangku rakyat seperti saya (Petruk). Dia adalah Dasamuka yang lalim. Dia adalah Duryudana yang serakah. Seperti halnya hanya ada satu tahta Palasara, demikian pula hanya ada satu tahta rakyat. Duryudana berkuasa, tapi tak pernah berhasil menduduki tahta Palasara. Banyak penguasa berkuasa, tapi mereka sebenarnya tidak bertahta di dampar yang sebenarnya, yakni dampar rakyat ini", jawab Petruk. 

Tiba-tiba Petruk mendengar, tanah datar di hadapannya itu bersenandung. Makin lama semakin keras bahkan menjadi senandung Panitisastra: dulu tanah itu adalah hutan lebat yang bersinga. Singa bilang, kalau hutan tak kujaga tentu ia akan dibabat habis oleh manusia. Dan hutan bilang, kalau singa tak kunaungi dan pergi dariku, pasti ia akan ditangkap oleh manusia. Akhirnya singa dan hutan sama-sama binasa. Singa yang tak berhutan dibunuh manusia, hutan yang tak bersinga dibabat manusia…. 

"Raja dan rakyat harus wengku-winengku (saling memangku), rangkul-merangkul, seperti singa dan hutan, seperti Abimanyu dan Petruk", kata Ki petruk menyenandung tembang Panitisastra. 

...

Begitu lah kisah singkat dialog batin si 'Petruk', yang mewakili rakyat, frens. Ketika dia menemukan 'Abimanyu' yang bisa dipangkunya, terjadi euforia hebat dalam bentuk dialog batin internal dalam diri Petruk (rakyat). Seperti rusa haus mendambakan air, jiwanya rindu pada sesuatu yang menyegarkan. Begitu pula dengan bangsa ini...

Ya...ya..ya paham..paham...terima kasih bung!!!

(catatan: kisah cuplikan-cuplikan diambil dari sebagian cerita 'Petruk dadi ratu' di http://ceritawayang.blogspot.com)

Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218