Orang Tidak Menjadi Bijaksana Hanya Karena Mempelajari Kitab Suci !!

Konon dalam kisah mahabharata, satu-persatu putra Pandawa tewas di tepi telaga. Mereka satu persatu berada di telaga  itu secara berurutan karena  menyusul Bima yang tidak segera kembali ke tempat mereka berkumpul. Ketika berada di tepi telaga, mereka terserang rasa sangat haus sehingga ingin segera meminum air telaga. Namun sebelum meminum air telaga, ada suara gaib yang ingin menguji mereka. Karena merasa sangat kehausan mereka tidak menghiraukan suara gaib tersebut dan akhirnya menemui ajalnya. Yang terakhir pergi ke telaga adalah Yudhistira dan satu-satunya putra Pandawa yang masih hidup.

"Saudara-saudaramu telah mati karena tak menghiraukan kata-kataku. Jangan engkau ikuti mereka. Jawab dulu pertanyaanku, setelah itu baru puaskan hausmu. Telaga ini milikku."

Yudhistira yakin, suara itulah yang menyebabkan saudara-saudaranya mati. Pikirnya, ini pasti suara yaksa - Suara Gaib Sang Pencabut Nyawa. Ia berpikir, mencari cara untuk mengatasi situasi itu. Kemudian Yudhistira berkata kepada suara yang tidak berwujud itu.

Yudhistira: "Silahkan ajukan pertanyaanmu."
Suara Gaib: "Apa yang menyebabkan matahari bersinar setiap hari?"
Yudhistira: "Kekuatan Brahman."
Suara Gaib: "Apa yang dapat menolong manusia dari semua marabahayanya?"
Yudhistira: "Keberanian adalah pembebas manusia dari marabahayanya."
Suara Gaib: "Mempelajari ilmu apakah yang bisa membuat manusia jadi bijaksana?"
Yudhistira: "Orang tidak menjadi bijaksana hanya karena mempelajari kitab-kitab suci. Orang menjadi bijaksana karena bergaul dan berkumpul dengan para cendekiawan besar."
Suara Gaib: "Apa yang lebih mulia dan lebih menghidupi manusia daripada bumi?"
Yudhistira: "Ibu, yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, lebih mulia dan lebih menghidupi daripada bumi ini."
Suara Gaib: "Apa yang lebih tinggi dari langit?"
Yudhistira: "Bapa."
Suara Gaib: "Apa yang lebih kencang dari angin?"
Yudhistira: "Pikiran."
Suara Gaib: "Apa yang lebih berbahaya dari jerami kering di musim panas?"
Yudhistira: "Hati yang menderita duka nestapa."
Suara Gaib: "Apa yang menjadi teman seorang pengembara?"
Yudhistira: "Kemauan belajar."
Suara Gaib: "Siapakah teman seorang lelaki yang tinggal di rumah?"
Yudhistira: "Istri."
Suara Gaib: "Siapakah yang menemani manusia dalam kematian?"
Yudhistira: "Dharma. Hanya dialah yang menemani jiwa dalam kesunyian perjalanan setelah kematian."
Suara Gaib: "Perahu apakah yang terbesar?"
Yudhistira: "Bumi dan segala isinya adalah perahu terbesar di jagad ini."
Suara Gaib: "Apakah kebahagiaan itu?"
Yudhistira: "Kebahagiaan adalah buah dari tingkah laku dan perbuatan baik."
Suara Gaib: "Apakah itu, jika orang meninggalkannya ia dicintai oleh sesamanya?"
Yudhistira: "Keangkuhan. Dengan meninggalkan keangkuhan orang akan dicintai sesamanya."
Suara Gaib: "Kehilangan apakah yang menyebabkan orang bahagia dan tidak sedih?"
Yudhistira: "Amarah. Kehilangan amarah membuat kita tidak lagi diburu oleh kesedihan."
Suara Gaib: "Apakah itu, jika orang membuangnya jauh-jauh, ia menjadi kaya?"
Yudhistira: "Hawa nafsu. Dengan membuang hawa nafsu orang menjadi kaya."
Suara Gaib: "Apakah yang membuat orang benar-benar menjadi brahmana? Apakah kelahiran, kelakuan baik atau pendidikan sempurna? Jawab dengan tegas!"
Yudhistira: "Kelahiran dan pendidikan tidak membuat orang menjadi brahmana; hanya kelakuan baik yang membuatnya demikian. Betapapun pandainya seseorang, ia tidak akan menjadi brahmana jika ia menjadi budak kebiasaan jeleknya. Betapapun dalamnya penguasaannya akan kitab-kitab suci, tapi jika kelakuannya buruk, ia akan jatuh ke kasta yang lebih rendah."
Suara Gaib: "Keajaiban apakah yang terbesar di dunia ini?"
Yudhistira: "Setiap orang mampu melihat orang lain pergi menghadap Batara Yama (Kematian), namun mereka yang masih hidup terus berusaha untuk hidup lebih lama lagi. Itulah keajaiban terbesar."

Demikianlah yaksa/suara gaib itu menanyakan berbagai masalah dan Yudhistira menjawab semuanya tanpa ragu. Pertanyaan terakhir yang diajukan yaksa itu langsung berkaitan dengan saudara-saudaranya.

Suara Gaib: "Wahai Raja, seandainya salah satu saudaramu boleh tinggal denganmu sekarang, siapakah yang engkau pilih? Dia akan hidup kembali."
Yudhistira: (Berpikir sesaat, kemudian menjawab.) "Kupilih Nakula, saudaraku yang kulitnya bersih bagai awan berarak, matanya indah bagai bunga teratai, dadanya bidang dan lengannya ramping. Tetapi kini ia terbujur kaku bagai sebatang kayu jati."
Suara Gaib: (Belum puas akan jawaban Yudhistira, yaksa itu bertanya lagi.) "Kenapa engkau memilih Nakula, bukan Bhima yang kekuatan raganya enam belas ribu kali kekuatan gajah? Lagi pula, kudengar engkau sangat mengasihi Bhima. Atau, mengapa bukan Arjuna yang mahir menggunakan segala macam senjata, terampil olah bela diri dan jelas dapat melindungimu? Jelaskan, mengapa engkau memilih Nakula!"
Yudhistira: "Wahai Yaksa, dharma adalah satu-satunya pelindung manusia, bukan Bhima bukan Arjuna. Apabila dharma tidak diindahkan, manusia akan menemui kehancuran. Dewi Kunti dan Dewi Madri adalah istri ayahku dan mereka adalah ibuku. Aku, anak Kunti, masih hidup. Jadi Dewi Kunti tidak kehilangan keturunan. Dengan pertimbangan yang sama dan demi keadilan, biarkan Nakula, putra Dewi Madri, hidup bersamaku."

Yaksa itu puas sekali mendengar jawaban Yudhistira yang membuktikan bahwa ia adil dan berjiwa besar. Akhirnya, yaksa itu menghidupkan kembali semua saudara Yudhistira.

Post 'Ah, Jangan Dipikir' lainnya:

Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218