Tips Untuk Merekrut dan Mempertahankan Karyawan Generasi Milenium

Di akhir wawancara kerja, manajer HRD meminta seorang insinyur fresh-graduate tentang gaji yang diharapkan. 
Si insinyur menjawab, "Bagaimana kalau 1 milyar per tahun, tergantung pada paket benefit yang Anda tawarkan." 
Si manajer HRD yang mewawancarai menjawab, "Baiklah, bagaimana menurut pendapat Anda, apabila benefitnya adalah katakan paket liburan lima minggu dalam setahun, 14 hari libur yang dibayar penuh, tunjangan medis dan gigi yang penuh, dana pensiun yang setara dengan 50% dari gaji, dan mobil perusahaan yang bisa dipinjamkan, katakanlah, Toyota Harrier?" 
Si insinyur duduk tegak dan berkata, "Wow! Apakah Anda bercanda?  
"Si manajer HRD menjawab," Ya..., tapi karena Anda yang memulainya.... "
--o0o--

Ketika berbicara mengenai para karyawan generasi millenial, banyak perusahaan yang kebingungan, tidak hanya merasakan betapa sulitnya merekrut karyawan milenial, tetapi juga ketika mempertahankan mereka. Di beberapa perusahaan, kebingungan ini bisa membawa rasa frustasi sendiri bagi para pemegang level manajerial. Mungkin tips dari para pengamat karakteristik generasi millenial tentang beberapa cara untuk tidak hanya merekrut karyawan milenium untuk posisi yang lowong, tetapi juga bagaimana membuat mereka bertahan di bawah ini bisa dipertimbangkan. [Baca juga: Tantangan perusahaan dan pemegang posisi manajerial dalam masalah kekaryawanan di era informasi]
Tawarkan gaji dan peluang pertumbuhan yang kompetitif

Karyawan milenial perlu tahu bahwa mereka tidak hanya diberi kompensasi yang cukup adil, tetapi juga perlu memiliki ruang untuk bertumbuh di perusahaan. Meskipun laporan terakhir tentang karyawan milenial yang suka melompat-lompat pekerjaan mungkin terlalu dibesar-besarkan, tetapi hal ini masih penting untuk memberikan kepada para karyawan muda alasan untuk tetap bertahan. "Ketika semua fasilitas ini seimbang, mereka akan menggenggam misi dan tujuan perusahaan dengan kuat. "
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh PWC tentang para pekerja milenial di tempat kerja mereka, 44 persen dari pekerja milenial yang disurvei mengatakan bahwa upah yang kompetitif sebagai faktor pendorong untuk loyal tetap bekerja bersama sang bos, 52 persen menyebutkan peluang untuk pertumbuhan. Jadi jika para bos ingin membuat perusahaan menarik untuk para karyawan milenial, tumbuhkan ambisi dan tenaga mereka.

Selalu menjaga transparansi

Orang-orang jaman milenial tumbuh dengan teknologi, yang telah menciptakan budaya transparansi. Dalam era informasi, cukup sulit bagi perusahaan untuk menyembunyikan sesuatu dari konsumen, apalagi dari karyawan mereka sendiri. Bahkan sekalipun itu tidak disengaja, mengumumkan keputusan tanpa penjelasan apapun mungkin akan membuat generasi ini gelisah. Orang-orang jaman milenial lebih terlibat dan berkomitmen ketika manajemen berbagi cerita mengapa keputusan dibuat.

Menjaga suasana yang terbuka akan menumbuhkan kepercayaan dan komunitas di antara para karyawan era milenial. Orang-orang milenial ingin tahu bagaimana perusahaan tetap menyala untuk membantu mereka menentukan apakah mereka ingin tetap bertahan untuk jangka waktu yang panjang atau tidak.

Hilangkan hirarki perusahaan

Jika perusahaan memiliki hirarki tradisional, cobalah "meratakan struktur organisasi perusahaan". Tentu caranya tidak perlu ekstrem dan menghilangkan bos sepenuhnya, tetapi cukup memastikan bahwa orang-orang milenial di perusahaan memang merasa bahwa mereka memiliki suara. Perhatikan prestasi mereka dan biarkan mereka tahu bahwa bos menghargai mereka, yang akan memotivasi mereka untuk terus berjalan di atas rerata demi perusahaan.

Bila orang-orang milenial ini melihat orang dipromosikan berdasarkan lamanya bekerja dan bukan berdasarkan kinerja, hal itu akan men-demotivasi mereka. Sekurang-kurangnya, duduk-duduklah bersama dengan karyawan millennial dan membantu mereka untuk lebih memahami perjalanan karir mereka secara keseluruhan. Menurut Forbes, orang-orang milenial tidak ingin menunggu tiga sampai lima tahun untuk promosi, ini berkebalikan dengan para karyawan generasi baby boomer.

Berikan pelatihan dan kemajuan setahap-demi-setahap yang jelas, yang memungkinkan mereka untuk lebih memahami masa depan karir mereka..

Sebuah pendekatan baru untuk bimbingan

Salah satu ciri dari generasi millennial adalah bahwa mereka ingin feedback, tapi mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan pendekatan yang berbeda dengan cara tradisional dalam memahami hubungan antara mentor dan yang dimentori. Sama halnya seperti orang-orang milenial dapat belajar dari para karyawan yang lama umur bekerjanya, perusahaan pun bisa belajar banyak dari mereka.

"Manajemen bisa sama-sama mendapatkan keuntungan dari pasangan ini (orang milenial dan non-milenial yang lebih senior) ketika mereka menggunakan karyawan millennial untuk lebih memahami bagaimana perusahaan dapat memperkuat kehadirannya di media sosial dan di ruang digital." Beberapa menyebut konsep ini sebagai mentoring terbalik, yang berarti generasi milenial cocok dengan pekerja yang lebih senior, dan mengajari mereka bagaimana untuk secara efektif memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan merek perusahaan.

Seperti yang dikatakan Forbes, "Apakah itu belajar bagaimana menggunakan sistem operasi baru atau menggunakan media sosial, mentoring terbalik adalah cara yang bagus untuk menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan untuk meningkatkan ketangkasan teknologi rekan-rekan senior."

Pastikan karyawan generasi milenial merasa terhubung dengan merek perusahaan

Generasi milenial adalah sumber daya yang besar untuk memperkuat merek perusahaan, tetapi itu hanya jika mereka percaya pada pesan perusahaan secara keseluruhan. Memiliki generasi milenium yang bahagia di tempat kerja bisa mendorongan kehadiran media sosial perusahaan.

"Generasi milenial adalah generasi yang suka bercerita dan mereka akan dengan senang hati memperkuat hal-hal besar yang dilakukan perusahaan melalui platform media sosial mereka sendiri." Berikanlah karyawan milenial banyak hal atau alasan untuk berbagi apa yang perusahaan sudah lakukan, sehingga bisa membantu perusahaan secara alami dalam meningkatkan kehadiran sosial media perusahaan.

Perkuat eksistensi digital perusahaan

Hal pertama calon karyawan millennial yang akan lakukan sebelum wawancara kerja adalah googling tentang perusahaan tersebut. Jika perusahaan kurang eksis di dunia digital, generasi milenial mungkin akan ragu untuk melamar. Ini bisa ditafsirkan bahwa perusahaan sedang ketinggalan jaman atau tidak mau berkembang.

"Generasi milenial berharap adanya relevansi yang kuat dengan dunia digital". "Investasi tidak hanya dalam cara perusahaan melibatkan klien dan konsumen online tapi calon karyawan juga, sehingga mereka memiliki pemahaman yang kuat tentang misi dan budaya perusahaan Anda." Pada gilirannya, memperkuat keterlibatan sosial perusahaan bisa membantu meningkatkan loyalitas merek di kalangan konsumen generasi milenial. 62% dari milenial lebih cenderung untuk loyal kepada perusahaan jika mereka dapat terlibat dengan merek di media sosial.

Akhir kata

Sangat penting untuk diingat bahwa ada banyak sekali mitos tentang generasi milenial dan itu sama banyaknya juga dengan jumlah fakta tentang para pekerja generasi milenial. Pada akhirnya, semua karyawan menginginkan hal yang sama - kompensasi yang adil, fleksibilitas dan misi dimana mereka merasa sangat cocok.

Posting artikel lain yang mungkin perlu Anda baca adalah:
Kera minum air aqua - Ubud - Bali

Comments

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218